Catatan Perjalanan 6 Hari Keliling Sumbar : Perjalanan Panjang Ini Dimulai
image of 1140x530

Padang – Sitinjau Laut – Alahan Panjang – Danau Kembar – Solok Via Muaro Paneh dan berakhir di Kota Muaro Sijunjung. Itulah rute perjalanan kami hari pertama. Kami baru memulai perjalanan ketika hampir semua anak dan cucu oma kembali ke kota-nya masing – masing. Hari itu langit ditutupin oleh awan mendung ditambah lagi dengan suara gemuruh yang menyambar – nyambar dari balik langit menambah suram kala itu.

Saya dan Alwan telah mempersiapkan segalanya, baju ganti, sendal sepatu, kompor trangia, tenda dan tak lupa kamera untuk mengabadikan keindahan maupun peristiwa yang kami temui nantinya.

Rinai hujan mulai membasahi Kota Padang dan sekitarnya cukup membuat semangat kami kendur, “belum mulai namun sudah hujan pula”, begitu gumam saya dalam hati.

Tak ada tanda – tanda hujan akan berhenti, langit masih saja muram. Jika menunggu hujan reda maka waktu yang terbuang terlalu banyak. Akhirnya kami memutuskan untuk segera berangkat, menerobos hujan. Bukankah hujan itu anugerah? Kenapa harus takut.

Angka – angka pada trip meter mulai berputar tanda motor telah bergerak mulai dari 100 meter dan seterusnya tanda perjalanan kami telah dimulai. Bukankah ribuan mil perjalanan dimulai dari satu langkah?

Jalan Andalas kemudian simpang Andalas belok ke kanan mengarah ke Lubuk Begalung dimana pada sisi kanan kiri jalan tersebut banyak berdiri kantor – kantor Otobus yang melayani rute Padang menuju kota – kota yang ada di Sumatera dan Jawa.

Setibanya di Simpang Lubuk Begalung kami mengarah ke kiri menuju Indarung kemudian setelah melewati pabrik semen kebanggaan Urang Minang barulah kami memasuki jalan yang berada di Pegunungan Sitinjau atau akrab disebut Sitinjau Lauik. Hutan di kanan kiri, dan kabut sering kali turun membasahi jalan sepanjang perjalanan yang membuat pandangan tampak samar.

Dan, tiba – tiba hujan deras, segera kami menepi di sebuah warung yang menjual aneka penganan ringan seperti mie rebus. Aroma dari bumbu penyedap mie instan mengampiri rongga hidung membuat kami ingin juga menikmatinya sembari menunggu hujan reda, tapi tanggung, masih terlalu dini mengeluarkan uang untuk makan.

Hujan dan kabut ketika kami melintasi jalan di Pegunungan Sitinjau atau akrab disebut Sitinjau Lauik
Hujan dan kabut ketika kami melintasi jalan di Pegunungan Sitinjau atau akrab disebut Sitinjau Lauik

Karena tak membeli apapun di warung itu kami terus menunggu sembari berdiri di teras warung, berharap hujan segera berhenti. Untuk menghapus rasa jenuh saya melihat lalu lintas yang saat itu sedang padat, bus – bus dari berbagai perusahaan otobus dengan susah payah menapaki tanjakan Sitinjau Laut, mobil – mobil pribadi dengan barang bawaan di kap atasnya juga ramai, nampaknya mereka akan kembali ke kota – kota di Pulau Jawa terlihat dari plat nomornya mulai dari B, F, D, dan lain lain.

Hujan telah reda namun langit masih murung, kami kembali menjalankan sepeda motor tak berapa jauh dari warung tempat berteduh tadi kami telah melewati gapura tanda memasuki wilayah Kabupaten Solok.

Tiba di sebuah persimpangan, kami mengambil ke arah kanan menuju Alahan Panjang. Kami harus meliuk – liuk mengikuti alur jalan yang seperti naga raksasa ini selain itu jalan juga menanjak, di sebelah kiri jalan terlihat Gunung Talang yang nampak malu – malu menutupi dirinya dengan sekumpulan awan – awan yang menggantung di puncaknya.

Hujan kembali menghampiri kami, saya tetap berusaha menarik tuas gas bertahan dari serangan air yang datang dari langit hingga saya tak kuasa lagi menahan dan kembali berhenti di sebuah kedai jagung bakar.

Kami berdua kedinginan, badan gemetaran, telapak tangan saya seperti mati rasa. Berhenti adalah pilihan yang tepat. Aroma dari jagung manis yang dibakar menyapa seperti meminta kami untuk menyantabnya. Kali ini bolehlah, sembari nunggu hujan dan mengusir rasa dingin yang mendera badan.

Biji – biji jagung yang menempel ditongkol segera kami makan dengan lahap, rasanya manis ditambah lagi dengan rasa pedas gurih sebagai penambah selera. Dalam waktu cepat hanya tersisa tongkolnya saja. Bersamaan itu pula hujan kembali reda. Segera kami membayar dua jagung bakar yang telah kami makan, harganya murah hanya Rp 5.000 per buah.

Melanjutkan lagi perjalanan yang telah terhenti untuk kedua kalinya.

Suara – suara lantunan ayat suci Al – qur’an terdengar sayup – sayup tanda akan memasuki waktu zuhur oleh karena itu ketika memasuki wilayah Nagari Batang Barus kami singgah terlebih dahulu di Masjid Tuo Kayu Jao.

Ini adalah kedua kalinya saya menyinggahi masjid yang konon merupakan masjid tertua di Sumatera Barat. Ada perubahan yang terlihat yaitu plang penunjuk masjid yang kusam dan termakan karat kini telah digantikan oleh plang baru berwarna putih bertuliskan hitam penanda bahwa masjid ini merupakan situs cagar budaya.

Masjid Tuo Kayu Jao di Nagari Batang Baru, Kabupaten Solok. Konon masjid ini merupakan masjid tertua di Sumatera Barat yang didirikan pada tahun 1599
Masjid Tuo Kayu Jao di Nagari Batang Baru, Kabupaten Solok. Konon masjid ini merupakan masjid tertua di Sumatera Barat yang didirikan pada tahun 1599

Sang Muadzin mengumandangkan adzan tanda memasuki waktu zuhur, para pecinta vespa yang sedari tadi duduk di parkiran masjid satu per satu mulai mengambil wudhu. Iqamat dikumandangkan, shalat didirikan.

Usai shalat, langit nampak cerah, kabut – kabut yang sedari tadi menari – nari menutupi pemandangan mulai terusirkan dengan kehadiran mentari yang telah terbangun dari balik awan tebal. Hal ini tentunya membuat kami kembali semangat.

“yuk, wan.. kita lanjut lagi, sebentar lagi kita sampai di Danau Kembar” kata saya kepada Alwan.

About Author

client-photo-1
M. Catur Nugraha
Masih bekerja sebagai Naval Architect Engineer di salah satu perusahaan multinasional yang bergerak di bidang konstruksi bangunan lepas pantai sejak tahun 2012. Kecintaan kepada kampung halamannya membuat ia memutuskan untuk mendirikan Jelajah Sumbar dengan tujuan memperkenalkan keindahan Bumi Ranah Minang ke khalayak ramai dan mengajaknya untuk berkunjung ke Sumbar. Ia sangat menyukai traveling. Perjalanan yang paling ia senangi antara lain mendaki gunung, trekking ke air terjun, dan berkemah di pulau – pulau kecil. Ia juga gemar menuliskan cerita perjalanannya dan memotret obyek yang ditemuinya. Cita – citanya : menjadikan Sumatera Barat dan Wisata Padang sebagai salah satu destinasi pilihan favorit bagi wisatawan lokal maupun wisatawan Internasional.

Comments

July 25, 2016
[…] Perjalanan Panjang Ini Dimulai […]

Leave a Reply

*

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.