Teman – teman yang ikut rihlah ke Cibodas ini tidak semuanya berasal dari Jakarta, bahkan lebih dari separuhnya berasal dari luar Jakarta seperti Tangerang, Surabaya dan Lampung. Ya, secara raga kami telah terpisahkan jarak karena kesibukan masing – masing. Namun, hati kami disatukan oleh Iman yang sama. Itulah mengapa kami berkumpul kembali untuk tetap menjaga silaturahim.
Usai mentadabburi keindahan Air Terjun Cibeureum kami kembali ke kawasan wisata Cibodas yang kala itu ramai oleh wisatawan yang hendak kembali ke tempat asalnya masing – masing karena hari memang sudah menjelang malam.
Baca juga : Rihlah ke Cibodas Trekking Air Terjun Cibeureum
Sesuai rencana, tujuan kami selanjutnya adalah Bumi Perkemahan Mandalawangi. Disana kami akan kemping semalam. Segala perlengkapan sudah kami siapkan namun masih ada saja yang kurang seperti matras. Dari 11 orang yang ikut serta hanya 4 orang saja yang bawa.
Tapi kami tak terlalu khawatir sebab di sekitar sana banyak sekali yang menawarkan jasa perlengkapan kemping. Misalnya tenda, kompor, kantung tidur dan matras. Untuk matras sendiri harga sewanya Rp 10.000 per malam, lumayanlah daripada harus kedinginan punggungnya nanti malam.
Sebelum kami masuk ke area Bumi Perkemahan Mandalawangi ternyata rasa lapar menyapa, membuat kami singgah terlebih dahulu di salah satu warung yang ada disana.
Bermalam di Bumi Perkemahan Mandalawangi
Usai makan malam, barulah kami menuju Bumi Perkemahan Mandalawangi. Sebelum masuk, kami mendaftarkan diri serta membayar tiket masuk untuk kemah semalam sebesar Rp 27.500 per orangnya. Sekedar info, bagi kamu yang ingin masuk tanpa kemping di dalamnya hanya dikenakan tiket masuk sebesar Rp 13.000
Kami segera memasuki area Bumi Perkemahan Mandalawangi, melewati jembatan berbentuk terowongan naga. Di bawah terowongan ini terdapat Sungai Cikundul yang airnya jernih. Di pagi hari biasanya banyak anak – anak yang bermain di sungai ini.
Dengan luasnya yang mencapai 3 Ha, Bumi Perkemahan Mandalawangi memiliki banyak blok untuk mendirikan tenda. Dan kami memilih Blok Danau Tengah sebab Blok Danau nampaknya sudah disewa oleh kelompok lain yang sedang melakukan family gathering.
Ada 4 tenda yang kami bawa untuk menjadi tempat istirahat bagi kami yang berjumlah 11 orang. Kami bekerja sama mendirikan tenda supaya dapat berdiri dari kokoh. Tak lupa juga memasang pasak – pasak di ujung – ujung tenda supaya kuat ketika diterpa angin malam.
Usai mendirikan tenda kami mengambil wudhu untuk melaksanakan shalat Isha yang dijamak dengan maghrib. Dinginnya suasana pegunungan tidak menjadi alasan untuk meninggalkan shalat. Setelah semua berwudhu, shalat jamaah pun dijalankan.
Selepas shalat kami berkumpul bersama di luar tenda, memasak mie instan, merebus air untuk membuat minuman hangat.
Suasana akrab malam itu semakin nikmat karena kami ditemani oleh angin malam yang berhembus sejuk, sesekali membawa kabut tipis basah yang semakin menyegarkan suasana.
Hari semakin malam, obrolan tak hanya sekedar canda gurauan belaka. Ada juga ilmu – ilmu yang disisipkan di dalamnya.
Banyak yang kami bahas malam itu diantaranya kesulitan dan kemudahan seseorang dalam belajar agama. Jadi misalnya ada seseorang yang dengan mudah mengerti apa yang disampaikan oleh ustadnya namun dilain pihak ada orang yang kesulitan untuk mengerti namun tetap giat untuk belajar. Mana yang lebih utama?
Dalam hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)
Dalam kaedah yang dibawakan oleh As-Suyuthi dalam Al-Asybah wa An-Nazhair (hlm. 320) disebutkan,
مَا كَانَ أَكْثَرُ فِعْلاً كَانَ أَكْثَرُ فَضْلاً
“Amalan yang lebih banyak pengorbanan, lebih banyak keutamaan.”
Dasar kaedah di atas disimpulkan dari hadits ‘Aisyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَلَكِنَّهَا عَلَى قَدْرِ نَصَبِكِ
“Akan tetapi, pahalanya tergantung pada usaha yang dikorbankan.” (HR. Muslim, no. 1211). Demikian dikatakan oleh As-Suyuthi ketika menyebutkan kaedah di atas dalam Al-Asybah wa An-Nazhair (hlm. 320).
Ingatlah semakin sulit dan berat dalam mempelajari agama, semakin besar pahala. Maka bersabarlah dalam belajar.
Yakinlah pertolongan Allah!
Telah masuk tengah malam, saatnya beristirahat. Kami sudahi malam itu dengan ucapan Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan segala kenikmatan untuk hari ini, esok dan seterusnya.
Pagi di Bumi Perkemahan Mandalawangi
Tak terasa sudah memasuki waktu shubuh, adzan berkumandang dari berbagai masjid, mushala maupun surau di sekitar Cibodas. Kami membangunkan diri, melawan dingin dan rasa kantuk yang amat sangat. Dengan terhuyung – huyung saya berjalan ke tempat wudhu.
Ketika air mulai membasuh tubuh, seketika badan langsung menggigil. Meski demikian panggilan Allah ini harus dipenuhi. Berat sekali rasanya shalat dengan kondisi dingin seperti ini namun Allah SWT berfirman (yang artinya)
“jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang – orang yang khusyu” (QS Al Baqarah ayat 45)
Usai shalat kami zikir pagi bersama yang dilanjutkan dengan kajian shubuh yang dibawakan oleh Agro. Ia membahas materi tentang keutamaan ilmu dan teknologi yang mana apabila keduanya bisa dikembangkan dengan baik dan bijaksana maka akan membawa kemajuan bagi peradaban Islam. Bukankah hal itu sudah pernah dibuktikan oleh para penemu – penemu muslim jauh sebelum peradaban eropa modern ada.
Gelap semakin hilang digantikan terang, suasana yang semula sepi kembali ramai, rombongan pramuka berlari – lari mengelilingi danau sembari menerikan yel – yelnya. Kami tak mau kalah semangat dengan mereka. Kami juga ikut lari pagi dengan rute yang sama, sayang saya hanya sanggup satu putaran saja akibat cedera lutut efek dari bermain badminton Jum’at malam ditambah trekking ke air terjun kemarin.
Lari pagi selesai, kini kami bermain adu panco. Di adu panco ini saya berada di posisi paling buncit karena setiap kali bertanding selalu mengalami kekalahan. Fyuuh.
Usai sudah segala aktivitas olahraga pagi, saatnya masak – masak untuk sarapan.
Untuk mempersingkat waktu, setelah sarapan kami bekerja sama membongkar tenda dan mengemas segala barang bawaan. Kami berusaha untuk kembali ke Jakarta sebelum dzuhur sebab ada beberapa diantara kami yang harus kembali pulang ke tempat asalnya pada malam hari.
Selesai sudah agenda rihlah kami di Bumi Perkemahan Mandalawangi, sebelum meninggalkan tempat kami sempatkan foto bersama terlebih dahulu.
Alhamdulillah, ceritanya selesai. Semoga bermanfaat bagi yang membacanya.
Comments