Rihlah ke Cibodas : Trekking Air Terjun Cibeureum

Rihlah, pernah dengar istilah itu belum? Bagi yang pernah tergabung dalam keanggotaan Rohani Islam (Rohis) waktu sekolah atau Lembaga Dakwah Kampus (LDK), pastinya sudah tidak asing lagi dengan kata ini.

Rihlah diambil dari bahasa arah yang berarti perjalanan. Rihlah adalah perjalanan mentadabburi alam dengan maksud dan tujuan yang baik dan didasarkan niat kepada Allah SWT.

Menurut Dr Abdul Hakam Ash-Sha’idi dalam bukunya berjudul Ar-Rihlatu fi Islami, Islam membagi bepergian atau perjalanan dalam lima kelompok salah satunya ialah bepergian untuk kepentingan turisme atau kesenangan semata. Dan perjalanan yang seperti inilah yang disebut dengan Rihlah.

Menuju Cibodas

Perjalanan kami ke Cibodas sebelumnya telah dirancang tiga minggu sebelum hari H. Saya yang dianggap paling berpengalaman di kegiatan luar ruangan dipercaya sebagai koordinator lapangan.

Pemilihan Cibodas sebagai lokasi untuh rihlah kali ini karena ia memiliki tempat yang menarik diantaranya Air Terjun Cibeureum yang berada di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Selain itu ada juga Bumi Perkemahan dimana kami nantinya bisa kemah disana semalam. Alasan lainnya karena Cibodas mudah ditempuh dari Jakarta.

Perjalanan menuju Cibodas kami mulai dari Terminal Kampung Rambutan. Semuanya telah berkumpul sebelum jam 7 pagi. Memang sebelumnya kami telah sepakat akan berangkat jam 7 namun saya terlambat satu jam dari yang direncanakan. Maaf ya teman – teman.

Setelah saya sampai, kami langsung naik bus Marita tujuan Cianjur yang saat itu sedang menunggu penumpang. 10 menit setelah kami masuk ke dalam bus, sopir mulai menjalankan busnya perlahan – lahan keluar dari terminal, lalu ngetem kembali di pintu keluar terminal dan Pasar Rebo.

Perjalanan sangat lancar hingga akhirnya kami terjebak macet di pintu keluar Tol Ciawi sejauh 2 Km. Hal yang lumrah terjadi pada saat akhir pekan.

Keluar dari pintu tol Ciawi, bus mengarah ke Gadog dan kembali ngetem hingga datanglah seorang polisi lalu lintas yang menegur sopir supaya melanjutkan kembali perjalanan.

Sekarang kami telah berada di jalur menuju puncak, kami masih terbilang beruntung karena saat keluar dari Pintu Tol Ciawi masih dibawah pukul 11.30 yang artinya jalur menuju puncak dibuka satu arah sedangkan jalur menuju Jakarta ditutup. Pemberlakuan sistem satu arah selalu diterapkan pada saat akhir pekan. Hal ini tentunya harus menjadi catatan bagi kamu yang berkeinginan liburan di obyek wisata yang berada di kawasan puncak.

Meski sedang diberlakukan sistem satu jalur menuju puncak, kami tetap saja terjebak macet terutama sebelum Pasar Cisarua. Setelah melewati Pasar Cisarua perjalanan kembali lancar hingga kami pun tiba di pertigaan Cibodas.

Karena sudah memasuki waktu makan siang, maka sebelum kembali melanjutkan perjalanan, kami singgah di warung makan terlebih dahulu.

Makan siang selesai. Kami telah ditunggu oleh beberapa calo angkot. Ya beginilah, meski saya sudah berkali – kali ke Cibodas tetap saja mengalami hal seperti ini. Mungkin rombongan kami yang membawa keril berukuran besar maka dianggapnya sebagai kelompok pendaki. Perlu diketahui bahwa ongkos penumpang biasa dan penumpang berstatuskan pendaki adalah berbeda! Penumpang berstatuskan pendaki biasanya dikenai ongkos yang lebih mahal daripada penumpang biasa. Alasannya ia membawa beban yang cukup berat.

Awalnya sang Calo menawarkan harga yang ia katakan “harga biasanya” dimulai dari Rp 10.000, lalu turun Rp 7.000 hingga disepakati diangka Rp 5.000 per orang, jadi total yang harus kami bayar adalah Rp 50.000 sekali jalan.

“hayuklah, hitung – hitung pelaris” kata si sopir menyepakati tawaran kami

Jumlah yang mungkin mengecewakan bagi sang calo karena ia hanya mendapatkan cipratan sedikit dari total uang Rp 50.000 yang kami bayar.

Mesin angkot berwarna kuning ini meraung – raung tatkala mengantarkan kami menuju pintu masuk Kebun Raya Cibodas. Jalan yang terus menanjak sejauh 4 km serta beban dari kami yang baru saja makan siang serta barang bawaan kami yang menjadi alasannya.

Kami tiba tepat di depan pintu masuk Kebon Raya Cibodas, namun kami tidak bermaksud kesana. Kami lanjut berjalan kaki menuju pintu masuk Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) sejauh 200 meter.

Akhirnya kami tiba di pintu masuk TNGGP, kami melapor kepada petugas untuk mengurus Surat Izin Memasuki Kawasan Konservasi atau biasa disingkat SIMAKSI. Untuk mengunjungi Air Terjun Cibeureum tiap orangnya dikenakan tiket masuk sebesar Rp 28.500

Karena barang bawaan kami layaknya orang hendak mendaki gunung sementara kami hanya berniat ke air terjun membuat petugas meminta kami untuk menaruh seluruh bawaan namun masih diperkenakan untuk membawa tas berukuran besar. Kami patuhi saja.

Beres dengan administrasi, kami masih menunggu satu personel lagi yaitu Agro. Seorang dosen muda di tempat kami menimba ilmu di Surabaya dulu. Harusnya ia bersama kami dari Terminal Kampung Rambutan, namun karena ia terlambat naik kereta tujuan Jakarta membuat ia terpaksa untuk ke Jakarta menggunakan bus yang waktu tempuhnya lebih lama.

Selang 30 menit kemudian, Agro telah tiba bersama kami. Sebelum memulai trekking ke Air Terjun Cibeureum, kami shalat dzuhur yang dijamak dengan ashar terlebih dahulu.

Trekking ke Air Terjun Cibeureum

Usai shalat, kami segera menuju ke lokasi air terjun Cibereum yang memiliki jarak sekitar 2,6 Km dan dapat ditempuh selama 1 jam dengan berjalan santai.

Saya menjadi yang paling depan, menjadi penunjuk jalan bagi yang lainnya sembari bercerita apa saja yang saya ketahui tentang keanekaragaman yang ada di dalam Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ini.

Baru beberapa langkah berjalan kami langsung disambut oleh sepasang lutung (Trachypithecus auratus) yang sedang mencari makan diantara dahan – dahan. Melihat hewan liar di habitatnya secara langsung tentunya menyenangkan. Saya mencoba mengeluarkan kamera dan memotretnya. Ah sayang, jepretan saya tidak terlalu bagus.Nampaknya saya masih harus banyak belajar lagi untuk memotret hewan liar.

Lutung sedang mencari makan. Hitam semua, wajahnya gag kelihatan

Cuaca saat itu kurang baik, mentari tertutupi awan mendung. Angin berhembus dengan kencang mengoyak batang dan dahan pohon. Daun  – daun yang tak kuasa menahan laju angin yang kuat jatuh berguguran, kelak daun – daun yang telah gugur ini akan menjadi kompos yang menyuburkan bagi pohon yang telah ditinggalkannya.

Angin berhembus semakin kencang sembari membawa awan yang menurunkan titik – titik hujan membuat langkah kami harus terhenti, beruntung ketika hujan turun posisi kami dekat dengan sebuah pos sehingga kami bisa berteduh sambil mengenakan jas hujan kami masing – masing.

Jas hujan telah kami kenakan, namun ternyata angin mengarahkan awan yang membawa hujan ke tempat lain. Kami pun teringat akan Firman Allah berikut ini

“Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan) ; hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turun hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah – buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang – orang yang telah mati, mudah – mudah kamu mengambil pelajaran” QS Al – A’raf Ayat 57

30 menit berjalan kami telah tiba di Pos Telaga Biru. Disini terdapat aliran sungai kecil dan tentunya Telaga Biru yang memiliki keunikan karena airnya berwarna biru. Birunya air di telaga ini dikarenakan banyak ganggang yang hidup di air telaga.

Kami hanya beristirahat selama 5 menit, lalu berjalan kembali dan tiba di Jembatan Gayonggong. Kabut tipis kembali turun menyamarkan pemandangan. Kami kembali berhenti untuk sekedar berfoto dan menikmati pemandangan hijau disekitar rawa yang dulunya merupakan sebuah kawah. Kawah tersebut kini telah mati, lalu ia menampung air yang jatuh dari tempat yang lebih tinggi. Lambat laut kawah mati tersebut menjadi rawa seperti yang terlihat saat ini.

Kami telah tiba di ujung Jembatan Gayonggong, selanjutnya berjalan sedikit menanjak ke Pos Payangcangan Kuda. Disini terdapat dua jalur. Kanan adalah jalur sedikit menurun menuju Air Terjun Cibeureum, sedangkan ke kiri adalah jalur menuju Puncak Gunung Gede atau Pangrango. Bagi yang mendaki gunung maka perjalanan akan terasa semakin berat karena terus menanjak.

Lain halnya bagi yang hanya ke Air Terjun Cibeureum, justru dari sini perjalanan menjadi menyenangkan. Tinggal 200 meter lagi dengan jalur menurun dan datar kami akan tiba di tujuan pertama hari ini.

Air Terjun Three In One Dalam Satu Kawasan

Musim hujan memang merupakan waktu terbaik untuk mengunjungi air terjun, karena pada saat itu debit air akan lebih deras dan tentunya menjadi air terjun terlihat lebih cantik. Namun, kewaspadaan tetap harus dijaga ketika berkunjung ke air terjun di musim hujan. Biar indah bagaimana pun tetap ada potensi resiko yang dapat membahayakan kita. Oleh karena itu selalu lah berdo’a kepada-Nya agar dihindari dari segala kecelakaan.

Saya sudah mengunjungi Air Terjun Cibeureum sebanyak tiga kali dan kali ini debit air terjun sedang deras – derasnya.

Air Terjun Cibeureum

Teman – teman langsung saja bermain air di sekitar Air Terjun Cibeureum yang menjadi pusat perhatian dibanding dua air terjun lainnya. Ya, di kawasan ini ternyata ada tiga air terjun sekaligus. Selain Cibeureum ada juga Air Terjun Cikundul dan Air Terjun Cidendeng yang letaknya paling kanan dan agak tersembunyi karena berada diantara dua ceruk tebing.

Air Terjun Cikundul yang terletak agak tersembunyi diapit oleh dua tebing tinggi

Sementara yang lain bermain air, saya lebih asik memotret air terjun beserta sekelilingnya yang menarik perhatian saya, salah satunya adalah bunga terompet yang banyak tersebar di sekitar air terjun.

Bunga terompet memiliki nama latin Brugmansia suaveolens. Bunga cantik ini berasal dari daerah pegunungan di Amerika Tengah seperti Meksiko. Iklim yang lembab dan basah menjadi lokasi favoritnya untuk tumbuh, itulah mengapa disekiar air terjun banyak sekali ditemukan bunga terompet ini.

Karena hari semakin sore dan teman – teman juga telah mulai kedinginan maka saatnya kembali turun.

 

Alhamdulillah, hari itu kami diberikan kenikmatan untuk melihat keindahan yang telah diciptakan oleh Allah, Rabb semesta alam berupa hutan tropika dengan keanekaragaman flaura dan fauna Ciptaan-nya juga telaga, rawa dan air terjun. Semoga dari perjalanan ini bertambah iman kami kepada Engkau, Ya Allah. Aamiin.

Total Biaya Perjalanan

  • Bus Terminal Kampung Rambutan – Pertigaan Cibodas : Rp 25.000 (harusnya Rp 20.000, karena Rp 25.000 itu ialah ongkos untuk sampai Cianjur, namun kondektur bus meminta kami tarif yang sama seperti ke Cianjur)
  • Angkot Pertigaan Cibodas – Pintu masuk Kebun Raya Cibodas : Rp 5.000 (jika kamu berpenampilan biasa, ongkosnya hanya Rp 3.000)
  • Tiket masuk Air Terjun Cibeureum : Rp 18.500
  • Total : Rp 48.500

Tips Perjalanan

  • Usahakan berangkat sepagi mungkin dari Terminal Kampung Rambutan, maksimal keberangkatakan jam 08.00, hal ini untuk mencegah diberlakukan sistem tutup ke arah puncak. Anda harus keluar dari Pintu Tol Ciawi atau berada di Gadog sebelum pukul 11.30
  • Jika ada calo angkot yang dirasa mengganggu cuekin saja atau naik dari tempat lain. Calo akan beraksi bagi kamu yang datang bersama rombongan
  • Titipkan tas kepada petugas jika dirasa memberatkan untuk dibawa trekking ke air terjun
  • Kunjungan ke Air Terjun Cibeureum dibatasi hanya sampai pukul 14.00, hal ini untuk mencegah pengunjung pulang dari air terjun terlalu malam dan terjebak di jalur ketika hari telah gelap. Karena biasanya pengunjung yang ke air terjun tidak mempersiapkan alat penerangan.

About Author

client-photo-1
M. Catur Nugraha
Masih bekerja sebagai Naval Architect Engineer di salah satu perusahaan multinasional yang bergerak di bidang konstruksi bangunan lepas pantai sejak tahun 2012. Kecintaan kepada kampung halamannya membuat ia memutuskan untuk mendirikan Jelajah Sumbar dengan tujuan memperkenalkan keindahan Bumi Ranah Minang ke khalayak ramai dan mengajaknya untuk berkunjung ke Sumbar. Ia sangat menyukai traveling. Perjalanan yang paling ia senangi antara lain mendaki gunung, trekking ke air terjun, dan berkemah di pulau – pulau kecil. Ia juga gemar menuliskan cerita perjalanannya dan memotret obyek yang ditemuinya. Cita – citanya : menjadikan Sumatera Barat dan Wisata Padang sebagai salah satu destinasi pilihan favorit bagi wisatawan lokal maupun wisatawan Internasional.

Comments

December 24, 2016
[…] Baca juga : Rihlah ke Cibodas Trekking Air Terjun Cibeureum […]
December 27, 2016
serunya kalo ke air terjun itu memang harus sepaket sama trekking hore rame-rame :D lagipula hanya sedikit air terjun yang urun dari parkiran langsung ketemu air terjunnya
April 3, 2017
Kalau yang gag pake susah - susah harus trekking itu ada di Air Terjun Lembah Anai, Sumatera Barat :D

Leave a Reply

*

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.