Selama ini saya hanya mengenal Cirebon sebatas stasiunnya saja. Ya, kereta api dari Jakarta yang menuju kota – kota di Pulau Jawa yang melalui jalur utara pastinya akan berhenti di Stasiun Cirebon Kejaksan atau Stasiun Cirebon Prujakan.
Biasanya kereta api akan berhenti cukup lama disini untuk mengisi air. Dan selama waktu berhenti, saya gunakan keluar dari gerbong dan berjalan – jalan di dalam area stasiun. Entah itu untuk berfoto – foto atau membeli jajanan di warung yang ada di dalam stasiun. Sebatas itu saja.
Saya penasaran sekali dengan apa yang ada di Cirebon dan berharap suatu saat saya bisa jalan – jalan menjelajahi Kota Udang, meskipun saya bukanlah Blogger Cirebon tapi tidak ada salahnya saya berkenalan dengannya lebih dekat lagi.
Harapan saya baru terkabulkan pada pertengahan September 2017, ketika itu Johanes, teman satu kantor yang asli Cirebon, mengajak saya untuk jalan – jalan ke Cirebon. Tawarannya yang tentunya tidak mungkin saya tolak.
Menuju Cirebon
Sebagai kota dengan letak yang sangat strategis yakni titik bertemunya jalur tiga kota besar di Indonesia yaitu Jakarta, Bandung, dan Semarang. Tentunya sangat mudah jika kita ingin menuju Cirebon. Banyak sekali pilihan moda transportasi yang bisa membawa kita ke Cirebon.
Untuk alasan efisiensi waktu saya memilih kereta api. Dari Gambir saya naik Kereta Api Argo Jati, kereta api kelas eksekutif yang melayani rute Gambir – Cirebon.
Suasana dalam gerbong terisi penuh tanpa menyisakan kursi yang kosong. Kereta Argo Jati berangkat pada pukul 09.00 dan tiba di Stasiun Cirebon Kejaksan tiga jam berikutnya.
Saatnya Mengeksplore Cirebon
Saya tiba di Stasiun Cirebon tepat pada tengah hari. Matahari bagaikan bola api panas yang menggelinding di atas kepala. Panas sekali! Ya, saya datang ke sebuah kota di pesisir utara Pulau Jawa saat musim kemarau.
Di luar stasiun, Jo sudah menunggu saya. Selama dua hari ini ialah yang akan menemani saya mengeksplore Wisata dan Budaya Cirebon. Dan pastinya tempat – tempat kuliner khas Cirebon yang legendaris tak akan luput dari perhatian kami.
Goa Sunyaragi, Goa Unik Berbentuk Karang
Usai makan siang dengan menu Empal Gentong yang nikmat, kami bertolak menuju Goa Sunyaragi yang berada di Jalan Brigjen Dharsono. Dengan sepeda motor matic, Jo melaju dengan santai membelah aspal panas Cirebon.
Dalam waktu 15 menit kami tiba di lokasi yang kami tuju. Suasana Goa Sunyaragi ketika itu sangat ramai karena menjadi salah satu tempat pergelaran Festival Keraton Nusantara 2017.
Setelah membayar tiket masuk sebesar Rp 10.000, kami mulai mengeksplore kawasan yang juga dikenal dengan sebutan Taman Sari Goa Sunyaragi ini. Agar perjalanan kami lebih menarik, kami bergabung dengan rombongan lain yang menggunakan jasa pemandu yang menjelaskan tentang sejarah keberadaan goa ini.
“Goa Sunyaragi ialah taman air yang dibangun pada tahun 1703 oleh cicit dari Sunan Gunung Jati bernama Pangeran Kararangen Arya Carbon. Sunya artinya sepi sedangkan ragi itu raga. Jadi tempat ini sebagai tempat menyepikan raga”, ujar bapak Pemandu.
Di situs Goa Sunyaragi terdapat sepuluh goa yang masing – masingnya memiliki fungsi berbeda pada zamannya.
Misalnya ada Goa Peteng tempat menyepi bagi mereka yang konon dahulu ditujukan bagi orang yang ingin memperoleh kekebalan tubuh. Ada Goa Kelanggengan untuk para pejabat zaman dahulu membuat jabatannya langgeng. Ada juga Goa Padang hati tempat menyepi bagi mereka yang keinginannya tercapai.
Yang membuat saya kagum dengan situs ini adalah dekorasi dari batu karang yang ditempel di bibir goa, konstruksi goa yang rapih, serta berdenah teratur membuat saya takjub akan kebolehan orang pada masa lampau yang membangun Goa Sunyaragi.
Melihat Kereta Kencana di Keraton Kanoman
Dari Goa Sunyaragi selanjutnya kami hendak menuju Keraton Kacirebonan, sayangnya ketika itu sedang ada atraksi di area parkir keraton yang menjadi salah satu agenda Festival Keraton Nusantara membuat pengunjung membludak hingga ke pinggir jalan. Kami pun beralih ke Keraton Kanoman
Lokasi Keraton Kanomaa berada di balik keramaian Pasar Kanoman. Karena pengunjung sedang ramai,kami memarkir sepeda motor cukup jauh. Kami berjalan menerobos kerumuman para pedagang.
Kini kami telah tiba di depan gerbang keraton yang unik. Keunikan dari pagar dan pintu gerbang Keraton Kanoman ialah hiasan berupa piring – piring porselen cantik yang ditanamkan di temboknya.
Memasuki lebih dalam area keraton, terdapat gedung pusaka, pengunjung diperkenankan memasukinya dengan menulis nama di buku tamu terlebih dahulu. Gedung pusaka ini menyimpan berbagai peninggalan – peninggalan keraton seperti senjata kerajaan, peralatan rumah tangga, dan jajaran kereta kencana.
Diantara jajaran kereta, paling menonjol adalah Kereta Paksi Naga Liman. Dalam papan keterangannya disebutkan bahwa kereta ini adalah kereta kebesaran Sunan Gunung Jati, leluhur Kesultaan Cirebon, yang memerintah 1479 – 1568. Kereta Paksi Naga Liman dibuat dari kayu sawo pada tahun 1350 Saka atau 1428 Masehi atas prakarsa Pangeran Losari.
Nama Paksi Naga Liman yang diberikan untuk kereta ini berkaitan dengan pahatan kayu di bagian depan yang menggambarkan gabungan bentuk paksi (burung), naga, dan liman (gajah) memegang senjata. Paduan bentuk itu melambangkan persatuan tiga unsur kekuatan di darat, laut, udara dan menyimbolkan keutuhan wilayah. Filosofinya sangat mendalam, sekali lagi saya dibuat takjub dengan peninggalan sejarah yang ada di Cirebon
Selain Kereta Paksi Naga Liman ada juga Kereta Jempana, kereta kebesaran untuk permaisuri dengan hiasan bermotif batik Cirebon.
Kereta – kereta itu menempati bagian tengah ruangan Gedung Pusaka. Di bagian jajaran kereta inilah yang menjadi pusat perhatian para pengunjung keraton. Mereka saling berlomba – lomba untuk berfoto dengan latar kereta kencana.
Keraton Kasepuhan yang Sarat Sentuhan Akulturasi Budaya Islam, Hindu, China dan Eropa
Hari telah menjelang sore, langit mulai berpesta pora dengan cahaya kemilau keemasannya. Selanjutnya kami akan menuju keraton terbesar di Cirebon dan pantai utara Jawa yaitu Keraton Kasepuhan.
Kami tiba di pintu masuk keraton berbarengan dengan rombongan wisatawan lain, setelah membayar tiket masuk sebesar Rp 15.000 per orang. Kami bergabung dengan rombongan tersebut agar kunjungan kami lebih menarik dan lebih menangkap informasi seputar Keraton Kasepuhan.
“Dari gerbang ini sampai ke luar ada Feng Shui-nya lho” kata sang abdi dalem yang memandu kami
“kalau dilihat dengan seksama, dari gerbang ini sampai ke gerbang luar jalannya tidak lurus. Maksudnya, agar rezeki yang datang ke keraton tidak bablas” lanjutnya lagi seraya tertawa
“Ada kebudayaan China di Keraton Kasepuhan yang merupakan kesultanan Islam? Unik ya Jo” kata saya kepada Jo
Sama seperti halnya Keraton Kanoman, salah satu hal yang menarik untuk mengunjungi Keraton Kasepuhan adalah koleksi kereta kencana.
Kereta kencana merupakan salah satu bukti akulturasi pada kerajaan yang pernah berkuasa di Cirebon. Jika di Keraton Kanoman ada Kereta Paksi Naga Liman, disini ada Kereta Singa Barong yang dibuat Panembahan Losari pada 1549.
“jika Kereta Paksi Naga Liman ditarik dengan enam ekor kuda, sedangkan Kereta Singa Barong ditarik dengan empat ekor kerbau albino” kata sang abdi dalem.
“kereta ini digunakan dalam acara – acara kerajaan sejak Sunan Gunung Jati. Namun di kereta ini Sultan tidak didamping ratu, kareta ratu menggunakan kereta sendiri” lanjutnya lagi.
Pada bagian kepala kereta Singa Barong terdapat penampakan belalai liman atau gajah. Ini menunjukkan persahabatan antara Cirebon dan India yang Hindu.
Kemudian di bagian depan kereta terlihat kepala naga atau liong yang mewakili hubungan antara Cirebon dan China.
Dan di sisi kanan dan kiri kereta terlihat sepasang saya, yang jika kereta itu bergerak maka kedua sayap itu akan mengepak. Sayap ini merupakan simbol dari Sayap paksi atau bouraq yang menunjukkan hubungan dengan Mesir yang Islam. Berdasarkan silsilah, Ayah Sunan Gunung Jati adalah raja Mesir, Syarif Abdullah.
“Selain budaya Islam, Hindu dan China. Keraton Kasepuhan juga tersentuh budaya Eropa, ini bisa kita lihat dari pilar – pilar di beberapa bangunan Keraton Kasepuhan” kata sang abdi dalem penuh semangat.
Tak terasa, malam telah datang bagaikan selimut hitam raksasa yang diturunkan dari langit. Angin malam mengugurkan dedaunan pohon beringin, menjadi pertanda kami harus keluar dari sana.
Masjid Merah, Masjid Unik di Panjunan Berhiaskan Porselen Asli Tiongkok
“Sekarang kita lanjut ke Masjid Merah di Panjunan, nanti kamu bisa shalat disana” kata Jo. Saya hanya mengangguk saja.
Kami tiba di pintu masuk Masjid Merah dan disambut dengan ramah oleh penjaga masjid. Usai shalat, saya melihat – lihat isi masjid yang didirikan pada tahun 1480 ini.
Masjid Merah didirikan oleh Pangeran Panjunan yang merupakan murid Sunan Gunung Jati. Konon masjid ini dibangun hanya dalam waktu semalam saja.
Keunikan masjid ini selain dari pemilihan warna dilihat juga dari piring – piring porselen asli Tiongkok yang jadi penghias dinding masjid. Diceritakan bahwa keramik Tiongkok ini merupakan bagian dari hadiah kaisar Chinan ketika Sunan Gunung Jati menikahi putri sang kaisar yang bernama Tan Hong Tien Nio.
Pantai Kejawanan, Pantai di Cirebon Rasa Ambon
Setelah sehari sebelumnya menjelajahi obyek – obyek wisata sejarah di Kota Cirebon. Di hari kedua ini kami ingin mengunjungi obyek wisata alam.
Usai menyantab sarapan pagi dengan Nasi Jamblang Pelabuhan. Jo mengajak saya ke Pantai Kejawanan. Pantai Kejawanan berada di Jalan Yos Sudarso dan berdekatan dengan Pelabuhan Cirebon.
Sebenarnya Pantai Kejawanan tidak seperti pantai pada umumnya yang memiliki hamparan pasir putih. Tempat ini hanyalah sebuah pelabuhan kecil tempat para nelayan menyandarkan perahunya. Namun pada saat air laut surut maka timbul daratan kecil yang menyerupai sisi pantai.
Untuk main ke Pantai Kejawanan tidak dikenakan tiket masuk, hanya saja kita perlu membayar parkir kendaraan. Untuk sepeda motor dikenakan biaya Rp 3.000
Pagi itu Pantai Kejawanan nampak ramai, anak – anak dengan riang gembira asik bermain air, orang dewasa asik memancing ikan di sepanjang tumpukan batu pemecah ombak yang memanjang beberapa ratus meter ke tengah laut.
Pantai Kejawanan memiliki ciri khas pantai di sisi utara Pulau Jawa. Air berwarna coklat, gelombang yang bersahabat dan kontur pantai yang sangat landai, sampai puluhan meter ke arah laut, dalamnya cuma sebetis orang dewasa saja.
Satu hal yang menarik perhatian kami adalah lukisan alam yang memperlihatkan Gunung Ciremai secara sempurna. Pemandangan laut, pantai, kapal – kapal yang berjejer rapi serta gunung berapi tertinggi di Jawa Barat berpadu menjadi satu menciptakan panorama seperti layaknya sedang berada di Ambon.
Kegiatan asik lainnya yang bisa dilakukan di Pantai Kejawanan ialah berkeliling dengan kapal. Disana banyak kapal – kapal nelayan yang bersedia untuk mengantarkan para wisatawan yang ingin berkeliling di sekitar pantai utara Jawa ini. Harga yang ditawarkan untuk berkeliling menggunakan kapal ini sangat terjangkau yaitu hanya Rp 10.000 per orang.
Belajar Mengenal Seni Budaya Cirebon di Kawasan Batik Trusmi
Salah satu tempat yang tidak boleh dilewatkan begitu saja saat bertandang ke Cirebon adalah Kawasan Batik Trusmi yang berada di wilayah Kecamatan Plered yang berjarak sekitar 10 kilometer dari pusat Kota Cirebon.
Jo memang sahabat perjalanan yang baik. Selama dua hari bersamanya saya diajak ke berbagai obyek wisata sejarah, wisata kuliner, wisata alam dan kali ini ia mengajak saya ke Kawasan Batik Trusmi yang merupakan sentra batik khas Cirebon.
Kawasan Batik Trusmi menawarkan wisata edukasi lokal seperti membatik, melukis topeng, membuat topeng dan menri topeng yang semuanya merupakan budaya khas Cirebon.
Wisata edukasi ini merupakan salah satu cara mengenalkan budaya Cirebon kepada masyarakat luas dan diharapkan bisa memberikan kesan tersendiri ketika mengunjungi Cirebon. Saya melihat orang tua yang mengajak anaknya kesini datang untuk belajar membatik. Pihak pengelola nantinya memberikan satu kain yang telah digambar motif dan mereka akan membimbingnya secara perlahan mulai dari dari mengisi canting dengan malam, lalu membatik di atas kain mengikuti pola gambarnya. Menarik bukan?
Memanjakan Lidah Dengan Kuliner Khas Cirebon
Setiap daerah yang ada di Indonesia selalu memiliki makanan khas. Maka tiap kali traveling saya tidak hanya mengunjungi tempat – tempat wisata saja. Saya selalu menyempatkan diri untuk berburu kuliner di daerah yang sedang saya kunjungi, begitu pun ketika saya jalan – jalan ke Cirebon.
Cirebon pun banyak kuliner khas namun karena keterbatasan waktu saat mengunjungi Cirebon, saya hanya sempat mencicipi Empal Gentong, Mie Koclok dan tentunya nasi Jamblang. Saya akan membahasnya satu per satu.
Empal Gentong
Empal Gentong menjadi kuliner khas Cirebon yang pertama saya cicipi. Saya tiba di Stasiun Cirebon Kejaksaan tepat di tengah hari. Artinya waktu yang pas untuk makan siang.
Dari Stasiun saya diajak menuju Jalan Juanda atau biasa disebut Plered. Sepanjang jalan Juanda ini banyak sekali yang menjajakan Empal Gentong salah satunya adalah Empal Gentong Haji Apud. Kiprahnya di dunia empal sudah eksis sejak 1994. Tempat ini selalu ramai dikunjungi pecinta kuliner baik itu warga lokal maupun wisatawan yang datang dari luar Cirebon.
Kuliner ini dinamakan empal gentong karena empal sendiri dalam bahasa Indonesia artinya soto sedangkan gentong sendiri adalah nama alat masak yang terbuat dari tanah liat yang digunakan untuk merebus daging.
Meski saat itu sedang ramai pengunjung namun tak perlu menunggu lama pesanan kami telah terhidang. Dilihat secara sekilas tampilan dari empal gentong mirip dengan gulai, sangat menggoda terlebih dari tadi perut sudah berteriak.
Empal gentong terasa sangat nikmat dan gurih berkat kuah santannya yang berpadu dengan kunyit dan berbagai rempah lainnya, potongan dagingnya sangat empuk sehingga nyaman untuk dikunyah. Tak terasa semangkuk empal gentong dan sepiring nasi sudah berpindah ke perut.
Oh ya, bagi anda yang ingin mencoba empal gentong namun kadar kolesterol dalam darah anda sudah tinggi. Jangan khawatir, anda bisa memesan menu lainnya yang sejenis dengan cita rasa yang sama lezatnya namun tanpa menggunakan santan yaitu empal asam.
Sama halnya dengan empal gentong, empal asam berbahan dasar daging sapi. Yang membedakan diantara keduanya adalah empal asam tidak menggunakan santan dan kunyit. Rasa asam pada kuah empal asam didapat dari belimbing wuluh dan untuk rempahnya menggunakan ketumbar. Sesuai dengan namanya, empal asam ini begitu segar saat kuahnya disruput.
Untuk menikmati kuliner empal gentong dan empal asam ini anda cukup menebusnya dengan harga Rp 22.000 per porsinya.
Mie Koclok
Hampir tiap daerah di Indonesia memiliki kuliner khas dengan bahan dasar mie. Di Aceh ada Mie Aceh, di Wonosobo ada Mie Ongklok, di Palembang ada Mie Celor dan di Cirebon sendiri ada Mie Koclok.
Mie Koclok Cirebon terdiri dari mie kuning yang dimasak bersamaan dengan potongan sayur kol, tauge dan kuah yang terbuat dari santan kental, tepung maizena, kaldu ayam, merica dan garam.
Begitu menyantab mie khas Cirebon ini rasanya mulut tak ingin berhenti untuk terus disuap. Rasa dari mie koclok ini perpaduan antara gurih dan asin yang berasal dari santan dan kaldu ayam. Topping dari Mie Koclok ini adalah irisan ayam, telur rebus yang diiris memanjang dan daun bawang.
Mie Koclok yang saya coba pada perjalanan ini adalah Mie Koclok Panjunan yang lokasinya hanya sepelemparan batu dari Masjid Merah.
Warung mie koclok ini meski terlihat sederhana namun rasanya juara, itu yang membuat warung ini tidak pernah sepi pembeli. Bahkan untuk menikmati seporsi mie koclok-nya harus antri cukup lama. Warung ini buka mulai jam 3 sore hingga jam 9 malam, saran saya jika anda penasaran ingin mencicipi mie koclok disini datanglah sore hari sebab dimalam hari warungnya sangat ramai!
Seporsi mie koclok hanya dibanderol dengan harga Rp 15.000, terjangkau bukan?
Nasi Jamblang
Sarapan di Kota Udang enaknya menyantap Nasi Jamblang. Di Cirebon banyak sekali penjual nasi jamblang yang bisa dijadikan pilihan salah satunya adalah Nasi Jamblang Pelabuhan.
Warung nasi yang sederhana ini hanya buka pada pagi hari dan yang perlu anda ketahui bahwa warung ini sangat ramai pengunjung, jadi mesti antri untuk menyantapnya.
Nasi jamblang sama halnya dengan nasi pada warung makan biasa, yang membedakannya ialah cara penyajiannya yang menggunakan daun jati kering.
Nasi Jamblang Pelabuhan disukai banyak orang karena nasi yang disajikan dalam keadaan panas. Saya ikut mengantri untuk mengambil nasi yang bisa diminta satu tangkup atau dua tangkup.
Usai mendapatkan nasi yang dialasi dengan daun jati kering saatnya memilih lauk pauk sebagai pelengkapnya. Lauk pauk yang disajikan sangat beragam diantaranya tempe goreng, ikan asin, ikan cucut asap, aneka pepes, ayam gireng, tumis cumi hitam atau blakutak, tumis udang, aneka sate, semur telur, telur dadar, gulai lidah, limpa, paru – paru goreng dan banyak lagi. Saya sendiri lebih memilih ikan cucut asap dan blakutak karena keduanya sangat khas Cirebon disbanding lauk lainnya yang sudah mainstream.
Tips Liburan ke Cirebon
Kota Cirebon dengan jarak kurang lebih 220 kilometer dari Ibukota bisa menjadi pilihan untuk berwisata. Dari pengalaman saya selama dua hari menjelajahi obyek wisata dan budaya Cirebon, saya ingin berbagi tips bagi anda yang ingin berwisata ke Cirebon.
- Pertama kali yang harus anda perhatikan adalah cuaca. Sebagai kota yang berada di pesisir pantai utara Pulau Jawa sudah tentunya kota ini memiliki temperatur udara dan hawa yang sangat panas. Matahari juga terik, jika tidak terbiasa bisa membuat kepala pusing. Jadi persiapkan pelindung kepala anda seperti topi dan jangan lupa membawa kacamata hitam untuk melindungi mata anda dari sinar yang amat terik. Dan tak ketinggalan pakailah pelembab kulit dan pelindung matahari.
- Perbanyak minum agar tidak dehidrasi karena beberapa tempat wisata di Cirebon berada di area terbuka misalnya Goa Sunyaragi.
- Gunakan pakaian yang menyerap keringat. Bila sudah merasa tidak nyaman tak ada salahnya mengganti pakaian.
- Obyek wisata Cirebon sarat dengan nilai religi yang cukup tinggi, gunakan pakaian yang sopan saat memasuki area keraton dan masjid.
- Untuk transportasi menuju Cirebon bisa menggunakan kereta api atau kendaraan pribadi. Alasannya selain menyingkat waktu, kedua jalur darat ini mudah dijangkau. Untuk kereta api banyak pilihannya. Dari arah Jakarta, kereta api dengan harga tiket termurah adalah Tegal Ekpress dengan harga Rp 49.000*
- Sebelum berwisata kuliner, tanyalah kepada warga lokal terlebih dahulu. Biasanya tempat yang mereka tunjukan adalah kuliner yang sudah melegenda misalnya Mie Koclok Panjunan, Nasi Jamblang Pelabuhan dan Empal Gentong Haji Apud. Atau anda bisa menghubungi rekan – rekan dari Komunitas Blogger Cirebon yang paham betul dengan daerahnya, mereka dengan senang hati akan membantu anda merekomendasikan wisata kuliner yang maknyus.
- Saat memasuki situs bersejarah, gunakan jasa local guide. Selain membantu ekonomi mereka dengan membayar jasa mereka, anda juga akan mendapatkan informasi secara lengkap mengenai obyek wisata yang anda kunjungi.
- Sekarang zamannya serba eksis, anda tentunya tidak mau mati gaya selama jalan – jalan di Cirebon dan rasanya ingin berbagi perjalanan liburan anda dengan segera di media sosial anda. Anda hanya bisa melakukan itu jika menggunakan provider selular yang memiliki jangkauan sinyal stabil dan cepat, untuk hal ini anda bisa mempercayakannnya kepada Smartfren yang memiliki jangkauan 4G terluas di Indonesia.
- Sudah tidak perlu banyak – banyak tipsnya, langsung saja ke Cirebon dan rasakan sensasi liburan disini.
Artikel ini diikutsertakan untuk lomba Blog bertemakan Wisata dan Budaya Cirebon yang diadakan oleh Rebon.org Komunitas Blogger Cirebon. Lomba ini disponsori oleh PT. Smartfren Telecom Tbk dan Accesstrade Indonesia
Comments