Perjalanan Mendebarkan Menuju Mandeh

Di liburan musim panas kali ini, kami pulang kampung ke Padang. Rencananya kami akan 10 hari disini dan 6 hari diantaranya akan kami gunakan untuk mengeksplore Sumatera Barat.

Cerita pulang kampung dari Abu Dhabi ke Padang ada disini ya.

Di hari pertama kami berencana menuju Mandeh untuk makan hidangan seafood di Rumah Makan Uni Kito lalu kembali ke Padang.

Kami menuju Mandeh melewati Jalan Teluk Kabung – Sungai Pisang – Sungai Nyalo dan tiba di Mandeh. Melalui jalan ini, waktu tempuh menuju Mandeh lebih singkat dibandingkan lewat Jalan Padang Painan via Tarusan.

Selain itu, pemandangan yang tersaji di sepanjang jalan menuju Mandeh itu indah banget kalau lewat jalan yang dibangun Pemerintah sejak tahun 2017 dan selesai tahun 2019 ini.

Jalan ini dibangun guna menunjang Kawasan Bahari Terpadu Mandeh sebagai tujuan wisata pantai di Sumatera Barat.

Perjalanan dimulai dari rumah ibu saya di kawasan Anduring. Dari sana, kami melaju melewati Jalan By Pass ke arah Teluk Bayur. Kemudian belok kiri menelusuri Jalan Padang Painan. Lalu sampai di Bungus.

Setelah itu kami masuk ke jalan yang menghubungkan antara Teluk Kabung – Sungai Pisang – Sungai Nyalo dan Mandeh.

Saat memasuki jalan ini, Bang Ozil yang menjadi driver kami, mengatakan kalau kita akan bertemu dengan truk batu bara.

Saya sangat kaget, sebab sejak kapan ada truk batu bara lewat jalan ini? Bukankah jalan ini cukup terjal untuk dilalui kendaraan berat?

Saya yakin sekali batu bara yang dibawa truk tersebut akan digunakan untuk PLTU Teluk Sirih.

Tapi pertanyaan lainnya muncul. Bukankah supplai batu bara untuk PLTU Teluk Sirih bisa menggunakan tongkang lewat jalur laut?

Dilansir dari Relasi Publik, pada Desember 2020 telah ada kesepakatan antara Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Barat, Pimpinan PLTU Teluk Sirih, Penyedia batu bara, Pemerintah Kecamatan dan Desa, Dirlantas Polda Sumbar beserta jajarannya, Organda serta beberapa forum kelompok Masyarakat di daerah setempat.

Saat itu telah disepakati 60 % kebutuhan batu bara untuk PLTU Teluk Sirih dilakukan angkutan lewat laut dan sisanya yang 40% diperbolehkan lewat darat.

Untuk transportasi angkutan darat ditentukan dengan kapasitas muatan 22 ton dengan ketentuan setiap hari Sabtu dan Minggu tidak diperbolehkan beroperasi. Sebab di akhir pekan jalan ini banyak dilalui wisatawan yang hendak menuju Mandeh.

Dan benar saja, tak lama kemudian kami menjumpai truk besar yang membawa batu bara di hadapan kami.

Untuk keamanan pengguna jalan, sudah terpasang rambu – rambu termasuk rambu peringatan untuk menjaga jarak aman dengan truk batu bara yaitu 60 meter.

Di setiap penanjakan dan kelokan yang tajam, ada pondok kecil yang dijaga beberapa orang. Mereka bertugas memberi aba – aba kepada sopir truk dan pengguna jalan semisal truk dalam kondisi tidak kuat menanjak. Maka mereka akan memberikan aba – aba kepada kendaraan di belakang truk untuk menyalip truk.

Di penanjakan yang pertama kami sudah harus menghadapi hal ini. Menunggu aba – aba dari mereka untuk maju. Tapi untuk yang ini masih relatif aman.

Kemudian di penanjakan yang kedua, lain cerita. Jantung saya berdebar kencang. Sebab tanjakannya lebih terjal ditambah jalannya juga sebagian sudah rusak. Truk batu bara kedua yang kami jumpai terlihat melaju sangat pelan.

Sopir truk sudah menyalakan lampu hazard sebagai peringatan bagi pengendara di belakangnya. Dan dengan langkah yang terengah – engah truk pun berhenti.

Kami harus mundur menjauh dari truk tersebut. Kami khawatir sekali kalau tiba – tiba truk tersebut tidak kuat dan meluncur ke belakang.

Truk di penanjakan yang kedua, pada bagian belakang truk tertulis jaga jarak 60m

Kami lagi – lagi harus menunggu aba – aba dari orang yang menjaga pondok.

Aba – aba telah diberikan, kami pun menyalip truk batu bara yang kedua itu.

Lega sekali rasanya.

Ternyata belum juga, karena kami jumpai lagi truk batu bara yang kali ini dalam keadaan kosong dan berlawanan arah.

Truk batu bara yang sudah kosong bawaannya

Tiba juga di persimpangan antara PLTU Teluk Sirih dan akses jalan ke Mandeh. Setelah dari simpang ini, kita tidak menjumpai lagi truk batu bara.

Jadi bagi kalian yang hendak ke Mandeh melalui Sungai Pisang, harus sangat hati – hati ya. Siapkan kendaraan yang prima dan fokus pada jalan yang dilalui.

About Author

client-photo-1
M. Catur Nugraha
Masih bekerja sebagai Naval Architect Engineer di salah satu perusahaan multinasional yang bergerak di bidang konstruksi bangunan lepas pantai sejak tahun 2012. Kecintaan kepada kampung halamannya membuat ia memutuskan untuk mendirikan Jelajah Sumbar dengan tujuan memperkenalkan keindahan Bumi Ranah Minang ke khalayak ramai dan mengajaknya untuk berkunjung ke Sumbar. Ia sangat menyukai traveling. Perjalanan yang paling ia senangi antara lain mendaki gunung, trekking ke air terjun, dan berkemah di pulau – pulau kecil. Ia juga gemar menuliskan cerita perjalanannya dan memotret obyek yang ditemuinya. Cita – citanya : menjadikan Sumatera Barat dan Wisata Padang sebagai salah satu destinasi pilihan favorit bagi wisatawan lokal maupun wisatawan Internasional.

Comments

Leave a Reply

*

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.