Tengah hari tiba, Menara – Menara masjid berdengung melantunkan adzan. Saya tersadar dari lamunan tentang kehidupan. Ini adalah hari Jum’at, hari dimana bagi umat muslim pria diwajibkan untuk melaksanakan ibadah Shalat Jum’at. Dari Danau Kembar Resort saya menuju masjid terdekat. Nantinya usai shalat saya akan menuju Taman Panorama Danau Kembar.
Baca Juga : Danau Diatas
Danau Diatas dan Danau Dibawah, keduanya seringkali disebut sebagai Danau Kembar. Keduanya hanya terpaut jarak 300 meter yang dipisahkan oleh bukit.
Shalat Jum’at selesai, saya melanjutkan lagi petualangan ini. Tapi ternyata perut saya mulai meronta, saya singgah di sebuah rumah makan kecil yang ada di persimpangan menuju Taman Panorama Danau Kembar. Disini saya membeli nasi bungkus dengan lauk ayam goreng balado untuk saya makan di Taman Panorama.
Taman Panorama Danau Kembar ialah sebuah obyek wisata yang menyuguhkan panorama Danau Diatas dan Danau Dibawah. Obyek wisata ini dikelola oleh pemerintah setempat, tiket masuknya murah yakni Rp 5 ribu saja.
Saya mencari tempat untuk menikmati santap siang nasi bungkus ayam balado sambil memandangi pemandangan yang begitu indah di mata. Makan siang yang benar – benar nikmat, sambalnya terasa lebih pedas dari biasanya. Saya pernah membaca bahwa cabai yang tumbuh di pegunungan memiliki cita rasa lebih pedas daripada cabai yang tumbuh di dataran lebih rendah.
Usai makan siang, saya mengeksplore spot – spot yang ada disini. Ketika saya sedang membidik kamera untuk mengambil foto panorama Danau Dibawah saya bertemu dengan seorang turis wanita asal Jerman. Ia begitu terkesima dengan apa yang ada dihadapannya. “it’s very wonderful” katanya.
Sang turis wanita ini hanya singgah sebentar saja dan kemudian ia kembali melanjutkan perjalanan ke Bukittinggi via Danau Singkarak. Jadilah saya kembali seorang diri menikmati keindahan alam yang diciptakan Allah di kaki Gunung Talang ini.
Di Taman Panorama Danau Kembar terdapat warung – warung yang menjajakan makanan dan minuman ringan selain itu tersedia juga teh bubuk maupun teh celup merek PTPN VI yang bisa dijadikan oleh – oleh. Rasa teh-nya begitu nikmat.
Oh ya, selain yang disebutkan tadi ada juga yang menarik perhatian disini yaitu ikatan – ikatan pohon dengan warna merah marun dan warna degradasi cenderung berwarna hitam. Masyarakat setempat menamainya Bunga Sarai Gunuang. Bunga yang hidup di hutan yang ada di gunung sekitar Kawasan Danau Kembar.
Sama seperti edelweiss, bunga ini bisa bertahan cukup lama, bahkan bisa bertahun – tahun. Saya tidak begitu mengerti apakah bunga ini termasuk tumbuhan yang dilindungi atau tidak. Jika memang ia termasuk kategori yang tidak dilindungi, kita bisa membelinya sebagai oleh – oleh usai mengunjungi Danau Kembar. Bungai Sarai Gunuang dijual dengan harga Rp 15 ribu per buket.
Bersambung ke Sawahlunto
Comments