Suara gongongan anjing terdengar riuh tatkala saya baru saja tiba di Hotel Ombilin Sawahlunto, tempat saya menginap. Seharusnya saya langsung istirahat di kamar, usai melakukan perjalanan dengan rute Padang – Sitinjau Laut – Alahan Panjang – Danau Kembar – Solok dan berakhir di Sawahlunto. Namun, saya penasaran ingin mendatangi sumber suara tersebut yang berasal dari Lapangan Ombilin, letaknya ada di belakang Hotel Ombilin. Baca juga : Menuju Sawahlunto Ternyata, sore itu sedang berlangsung lomba pacu anjing dalam rangka menyambut hari ulang tahun Kota Sawahlunto yang ke 127. Anjing – anjing yang bersih, gagah dan tampak terawat dari berbagai jenis itu dibawa pemiliknya masuk ke lapangan dengan tali pengikat yang cukup panjang. Ada yang membawa anjing – anjing menggunakan bak terbuka, ada juga yang dibonceng dengan sepeda motor. Mereka bergegas masuk lapangan untuk mendaftarkan anjingnya dalam lomba pacu anjing. Lomba pacu anjing sebenarnya ialah modifikasi dari acara berburu babi. Ya, berburu babi adalah salah satu hal yang digemari laki – laki di Sumatera Barat. Biasanya buru babi ini dilakukan setiap akhir pekan, mereka akan membawa anjing – anjingnya ke hutan atau pinggir ladang untuk mengejar dan memburu babi. Tujuannya untuk membantu petani membasmi babi yang dianggap sebagai hama. Kembali ke acara lomba pacu anjing. Adu ketangkasan anjing ini berlangsung di areal sepanjang 100 meter. Di garis start ada 10 tempat yang dibatasi dengan papan untuk tempat masing – masing anjing. Sementara itu di ujung garis finish ada seekor babi dalam kerangkeng. Panitia mulai memanggil satu per satu nama – nama anjing yang mengikuti lomba. Sebelum memasuki arena, anjing – anjing ini mengenakan nomor punggung dari kain berwarna hijau yang diikatkan di badannya. Untuk memancing anjing agar berlari, seekor babi kecil digendong seorang joki di tengah lapangan. Mendengar suara anak babi yang keras karena ketakutan, anjing – anjing yang akan berpacu makin
Suara gongongan anjing terdengar riuh tatkala saya baru saja tiba di Hotel Ombilin Sawahlunto, tempat saya menginap. Seharusnya saya langsung istirahat di kamar, usai melakukan perjalanan dengan rute Padang – Sitinjau Laut – Alahan Panjang – Danau Kembar – Solok dan berakhir di Sawahlunto. Namun, saya penasaran ingin mendatangi sumber suara tersebut yang berasal dari