Setelah melintasi jalan sejauh 6 Km dari simpang Sawah Lunto – Lintas Sumatera akhirnya tiba juga saya di Kota Sawahlunto. Mata saya langsung terpana ke sebuah menara yang menjulang tinggi yang ternyata menara tersebut merupakan menara dari Masjid raya Nurul Iman Sawahlunto. Karena keunikannya saya menghentikan laju sepeda motor untuk mengetahui lebih dalam mengenai masjid ini.
Kota Sawahlunto dulu kaya akan sumber daya alam berupa batu bara-nya yang sangat melimpah sehingga mengundang pihak Belanda yang kala itu menjajah Indonesia untuk datang dan mengeruk sumber daya alam tersebut. Untuk menunjang segala aktivitas penambangan batu bara, pemerintah Kolonial Belanda membangun berbagai infrastrukturnya dan hingga saat ini bangunan – bangunan peninggalannya masih bisa kita
Ketika sampai di Kota Sawahlunto mata anda pastinya akan tertuju pada sebuah plang berukuran besar berwarna keemasan bertuliskan SAWAHLUNTO yang melekat pada puncak sebuah bukit. Bukit tersebut ialah Bukit Polan, salah satu bukit yang memagari kota yang pernah memiliki kandungan batu bara melimpah ini. Ternyata, puncak Bukit Polan atau yang juga dikenal dengan sebutan Puncak
Setelah masa kejayaan tambang batubara di Sawahlunto berakhir, saat ini Sawahlunto berbenah menjadi kota wisata batubara. Bangunan – bangunan peninggalan Belanda yang digunakan pada masa penambangan batubara dipugar sehingga terlihat cantik kembali seperti pada masanya dan patut dikunjungi, itu bisa kita lihat dari Museum Kereta Api Sawahlunto, Museum Goedang Ransum Museum Info box dan Loebang
Jika ditanya tentang museum kereta api yang ada di Indonesia maka sebagian besar masyarakat akan menjawab Museum Kereta Api Ambarawa yang berada di Jawa Tengah. Hal ini wajar, karena Museum Kereta Api Ambarawa adalah museum pertama yang bertemakan tentang sejarah perkeretaapian di Indonesia. Namun, sejak tahun 2005 Indonesia telah memiliki museum kereta api yang kedua