Nama lengkapnya Yohandi Afrizal, teman – teman dan orang disekitarnya biasa memanggilnya Adit. Saat ini ia duduk di bangku sekolah kelas 7 SMP.
Perkenalan saya dengannya terjadi pada awal bulan Mei 2016, saat saya mengunjungi Kawasan Wisata Mandeh yang berada di Carocok Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat
Sesampainya saya di Dermaga Carocok Tarusan, tiba – tiba saja saya dihampiri oleh seorang pria paruh baya yang menawarkan saya untuk beristirahat di rumahnya. Bapak ini juga mengajak saya untuk jalan – jalan menjelajahi Kawasan dalam Teluk Mandeh, gratis! Ga perlu bayar, mungkin ini yang termasuk dalam rezeki anak sholeh.
Kami saling berkenalan, bapak Alam namanya, meski telah berusia sepuh namun beliau tetap nampak gagah, suaranya nyaring sekali ketika berbicara. Di tengah obrolan kami datanglah Amri, putra beliau yang kini masih berstatus siswa SMA lalu disusul oleh Adit.
“nanti kamu temani mereka ya, tur, gag usaha bayar buat Catur” kata Pak Alam
Telah tengah hari, saatnya Amri dan Adit menjalankan tugasnya. Dinyalakannya mesin kapal bertenaga 40 PK ini, bersama mereka kami menuju dermaga TPI Carocok Tarusan tempat dimana biasanya kapal wisata menjemput wisatawan.
Tiba di dermaga dengan gerak cepat Adit melego jangkar, lalu mengikat tali tambat di dolphin yang berada di tepi dermaga. “Kuat sekali anak ini” gumam saya dalam hati
Wisatawan tiba, lalu satu per satu masuk dan duduk ke dalam kapal yang memiliki kapasitas maksimum 16 orang ini. Kali ini Adit mengangkat jangkar lalu melepaskan tali tambat sementara itu Amri kembali menyalakan mesin kapalnya. Saatnya kami memulai perjalanan mengeliligi Teluk Mandeh.
Pulau Sironjong Besar, skip, tidak ada yang menarik untuk menceritakan tentang Adit disini.
Pulau Sironjong Kecil, disinilah saya mulai merasakan bahwa meski Adit bertubuh kecil namun ia bernyali sangat besar.
Di Pulau Sironjong Kecil jika yang datang adalah wisatawan dari Padang biasanya mereka akan melakukan atraksi cliff jump atau lompat dari tebing pulau yang memiliki ketinggian 15 meter dari muka air. Sungguh menantang sekali, namun yang kami bawa kali ini rombongan dari Bandung yang rata – rata usia mereka sudah diatas 50 tahun, mereka tidak mungkin melakukan itu.
Jika menemukan situasi seperti ini, Adit akan langsung menceburkan dirinya ke laut, lalu berenang menuju tepi pulau kemudian memanjatnya, tiba di puncak tebing, ia akan melompat, byuuuuuuur… lalu diriingi tepuk tangan oleh para wisatawan. Tidak hanya sekali, ia bisa melakukan ini berkali – kali.
Para wisatawan yang entah karena perasaaan senang atau iba kepada Adit akan bersama – sama mengumpulkan uang untuk diberikan kepada Adit. Hari itu Adit mendapatkan uang sebesar Rp 70.000 yang ia terima dengan senang hati. Bukankah hal yang menyenangkan itu salah satunya ialah pekerjaan yang sesuai dengan hobi meski itu mengandung resiko, Hai Adit Kecil?
Kami beranjak dari Pulau Sironjong Kecil untuk menuju destinasi selanjutnya yaitu Air Terjun Gumuruh. Untuk menuju kesana tergantung pada pasang surut air laut, kami cukup beruntung meski saat itu air laut sedang surut namun sarat air pada kapal yang dibawa Amri ini masih mencukupi untuk melewati sungai yang dikanan kirinya berupa hutan bakau.
Tiba di penghujung hutan bakau, suara gemuruh dari air terjun menyambut kedatangan kami. Biasanya setelah snorkeling di sekitar Pulau Cubadak, wisatawan akan datang kesini untuk kembali bermain air sekaligus membilas diri dari air laut.
Usai puas mengunjungi Air Terjun Gemuruh, saatnya kembali ke dermaga.
Tidak mudah untuk keluar dari kawasan hutan bakau ini, Adit kecil kembali bekerja keras, tangan kecilnya memegang batang bambu berukuran besar untuk dihujamkan ke permukaan tanah, tujuannya untuk memberikan gaya dorong yang berlawanan arah. Aaaaaah, ini kan hukum Newton ketiga, dimana ada aksi yang akan memberikan reaksi, memiliki gaya yang sama namun berlawanan arah. Hei Adit Kecil, darimana kamu mempelajari ini? Alam kah yang mengajari mu? Sekolah mu tentu belum mengajari hal ini, saya saja baru dapat ketika SMA dan mulai sepenuhnya mengerti saat kuliah.
Kerja keras Adit membuahkan hasil, kapal kami telah keluar dari hutan bakau, lalu Amri membawa kapal ini menuju dermaga. Para wisatawan turun dari kapal kemudian kembali ke bus yang telah siap untuk mengantarkan mereka kembali ke Kota Padang.
Kami kembali ke rumah Pak Alam, memarkirkan kapal, mengikat tali tambat pada batang kayu yang sudah terpancang, melego jangkar supaya kapal tidak terbawa arus. Kami menghabiskan waktu sore dengan duduk – duduk diatas kapal, bercakap – cakap berbagi cerita pengalaman saya yang tumbuh besar di kota dan pengalaman Amri, Adit yang berteman erat dengan angin, pantai dan lautan. Obrolan ini terasa asik, kami biarkan tubuh kami dihembus angin laut yang sejuk, di arah barat sana sang mentari akan tenggelam, menciptakan rona senja yang menawan.
Tak terasa rembulan berbentuk bulat sempurna serta bintang – bintang telah menghiasi langit malam itu. Oleh Pak Alam saya diminta untuk menginap, tawaran yang rasanya tidak pantas untuk ditolak.
Keesokan paginya, Amri dan Adit telah siap dan rapi mengenakan pakaian seragam sekolah, dengan semangat mereka meninggalkan rumah menuju ke sekolahnya masing – masing. Salut kepada mereka yang tetap semangat untuk sekolah, mengejar cita – cita.
Comments