Usai menjelajahi Kota Bukittinggi, memasuki tengah hari, kadar gula dalam darah kami mulai menurun alias kami merasa lapar. Kami pun menuju sekitar Jam Gadang, disana ada Rumah Makan Simpang Raya. Rumah makan ini direkomendasikan oleh Bang Rangga. Meski saya sudah tak terhitung lagi mengunjungi Jam Gadang, tapi saya belum pernah makan disana. Jadilah makan siang kali ini di rumah makan yang memiliki slogan Salero Nan Tau Raso ini.
Siang itu Rumah Makan Simpang Raya tampak ramai oleh pengunjung. Awalnya kami ingin memesan layaknya di warteg, cukup pesan nasi dan lauk yang diinginkan. Namun justru kami diminta untuk mencari tempat untuk duduk dan nantinya segala macam lauk dihidangkan di atas meja. SOP-nya rumah makan padang banget lah.
Rumah Makan Simpang Raya yang hanya sepelemparan batu dari Jam Gadang ini memiliki dua lantai dan bisa menampung cukup banyak pengunjung. Karena lantai bagian bawah sudah penuh, maka kami naik ke lantai atas dan duduk di bagian paling depan dimana kami bisa menyaksikan Jam Gadang yang saat itu sedang dalam proses revitalisasi.
Baca Juga : Wisata Kuliner Padang, Rumah Makan Lamun Ombak
Tak lama kemudian, datanglah pelayan yang membawa piring – piring kecil berisikan segala macam lauk, sayur serta satu bakul nasi.
Jadi bingung, mana yang mau dimakan sebab semuanya terlihat enak dan memanjakan lidah. Tidak halnya istri saya yang langsung mengambil dendeng paru, memang dia suka banget sama dendeng paru. Akhirnya saya putuskan untuk mengambil ayam balado, pilihan yang mainstream.
Di salah satu piring yang tersaji, ada yang berisikan sambal merah yang diblender halus. Hemm.. nampaknya ini adalah sambal yang biasa disajikan untuk menemani ayam pop. Kami cocol deh lauk yang kami makan dengan sambal tersebut. Dan, alamak! Enak banget! Bikin nafsu makan membuncah.
“bang, Hanny boleh nambah dendeng parunya” pinta Hanny
Wah, baru kali ini dia semangat banget makannya. Selama liburan di Sumbar, ia memang nafsu makannya agak berkurang, sebab katanya makanan yang disajikan terlalu berlemak baginya. Tapi, kali ini dia sampai nambah – nambah, berarti cocok banget nih.
Selain berbagai makanan khas Minang, Rumah Makan Simpang Raya juga menyediakan beraneka minuman yang mungkin tidak anda temukan di rumah makan Padang lainnya misalnya jus pinang (buah pinang muda diblender bersama susu dan the), ampiang dadiah (susu kerbau fermentasi dan ampiang yang terbuat dari beras yang direbus sebentar lalu ditumbuk hingga pipih), supradin gaduik (susu kerbau fermentasi plus suplemen multivitamin dan tomat top (potongan tomat rebus, susu, sereal dan kuning telur setengah matang). Patut dicoba nih!
Usai makan siang yang nikmat ini, saya memanggil salah satu pelayan untuk menghitung berapa yang harus saya bayar. Untuk nasi 2 porsi, ayam balado, sayur, 2 dendeng paru dan es teh manis, kami hanya membayar Rp 85.000, saja. Kemudian kami membayarnya di kasir yang ada di lantai bawah.
Nah, sedikit tambahan cerita tentang Rumah Makan Simpang Raya. Waktu membayar, salah satu pelayan menanyakan asal saya.
“awak urang Padang, tapi tingga dan karajo di Jakarta, iko baok istri dari Aceh Malala ka Bukik” jawab saya dengan bahasa Minang yang pas – pasan.
Kemudian, saya diajak ke bagian dimana segala macam lauk ditempatkan. Ternyata, ia ingin memamerkan keahliannya yaitu menumpuk banyak piring di salah satu lengannya.
“tolong di foto, biar masuak google” pintanya.
Haha.. Ado – ado sajo.
Comments