Pernahkah anda berkunjung ke Kota Batusangkar? Pastinya kalau ke ibukota dari Kabupaten Tanah Datar ini, hampir 90% wisatawan akan berkunjung ke Istana Basa Pagaruyung. Selain itu jika memiliki waktu lebih, terutama bagi wisatawan asal Malaysia, mereka akan berkunjung ke Istana Si Linduang Bulan. Keduanya merupakan peninggalan Kerajaan Pagaruyung yang pernah berjaya di Bumi Suwarnadwipa berabad – abad silam.
Baca juga : Rumah Gadang yang ada di Iklan Indosiar
Sebenarnya masih ada lagi rumah gadang yang juga menjadi peninggalan Kerajaan Pagaruyung, hanya saja ia luput akan perhatian dan sepertinya ia bukanlah sebuah objek wisata. Rumah Gadang itu ialah Rumah Gadang Bundo Kanduang.
Rumah Gadang ini lokasinya berada di Jl Sultan Alam Bagagarsyah No 155, persis di depan situs Prasasti Pagaruyung.
Di awal 2016, saya berkesempatan untuk menyambangi rumah gadang ini. Saya tidak sendirian, melainkan ditemani oleh Wilma, seorang wanita tangguh yang mendedikasikan dirinya untuk kota kelahirannya, Batusangkar. Saat itu Wilma berprofesi sebagai local guide di Istana Basa Pagaruyung.
Saat saya mengutarakan rencana untuk mengeksplore Batusangkar, dengan senang hati ia menyambut dan menemani saya. Melihat berbagai cagar budaya yang ada disana.
Setelah melihat Situs Prasasti Pagaruyung. Wilma mengajak saya ke rumah gadang yang ada di seberangnya.
Terlihat dari luar tidak aktivitas sama sekali di rumah gadang tersebut. Kami mencoba memasuki halaman rumah gadang yang terlihat bersih dan tertata rapi. Di halaman tersebut terdapat batu besar yang sepertinya dulu digunakan sebagai tempat duduk bersandar seperti yang ada di di Medan Bapaneh.
Kami pun mengetuk rumah yang ada di samping rumah gadang.
Seorang ibu paruh baya (seterusnya kita sebut saja nenek) menyambut kedatangan kami. Setelah mengutarakan maksud kedatangan kami, beliau dengan senang hati membukakan pintu Rumah Gadang Bundo Kanduang.
Nenek bercerita bahwa rumah gadang ini merupakan rumah gadang tempat asal Bundo Kanduang, salah seorang ratu yang pernah memimpin Kerajaan Pagaruyung.
Tidak seperti Istana Basa Pagaruyung dan Istana Si Linduang Bulan yang memiliki ukuran amat besar. Rumah Gadang Bundo Kanduang nampak seperti rumah gadang biasa, tidak ada kamar di dalamnya. Seluruh dinding dalam rumah gadang ini ditutupi kain berwarna kuning.
Meski demikian, rumah gadang ini menyimpan benda – benda kerjaaan yang masih asli. Diantaranya Al qur’an tua, tombak, gerabah, dan peralatan kuningan.
Ada satu peninggalan yang menarik perhatian saya. Ia adalah sebuah tempat makan raja yang disebut dulang. Di atas dulang bersusun bermacam ukuran keris dibungkus kain kuning.
Kata Nenek dulang tempat makan raja ini Cuma ada dua di dunia, satunya lagi ada di Tibet.
Silsilah Raja Minangkabau
Di rumah gadang ini kami juga mendapatkan informasi mengenai silsilah Raja Minangkabau dan Rumah Gadang Bundo Kanduang.
Silsilah Raja Minangkabau dimulai dari Puti Jamilan yang disebut sebagai Bundo Kanduang yang makamnya terdapat di Ustano Rajo Alam.
Puti Jamilan memiliki anak yang bernama Puti Reno Suri. Makam Puti Reno Suri bisa dijumpai di Lunang.
Puti Reno Suri mempunyai anak laki – laki yang bernama Sultan Rumanduang bergelar Dang Tuanku, iapun dimakamkan di Lunang.
Dang Tuanku beristri Puti Bungus.
Puti Jamilan memiliki seorang kakak laki – laki bernama Sultan Machmud Alam Dunia, dan adik perempuannya bernama Puti Silinduang Bulan. Puti Linduang Bulan mempunyai dua orang anak, yaitu Puti Intan Suri dan Sultan Alamsyah Pangulu Rajo.
Saya sangat puas sekali dengan kunjungan singkat di rumah gadang ini, walau saya tidak begitu mengerti mengenai sejarah Minangkabau, namun setidaknya dari kunjungan ini telah menambah khazanah pengetahuan bagi diri saya.
Petualangan kami di Batusangkar belum berakhir, selanjutnya kami akan mengunjungi Ustano Rajo Alam.
Comments