Setelah melibas aspal panas sejauh 80 kilometer dari Kota Padang, akhirnya saya tiba di Pantai Carocok. Setelah memarkirkan kendaraan, saya menuju ke dermaga dimana banyak tersedia jasa kapal wisata yang mengantarkan wisatawan ke Pulau Cingkuak, sebuah pulau kecil yang berada sekitar 500 meter dari daratan Pulau Sumatra.
“Hei, nak! Foto kami dulu lah sebelum ke kapal, biar wajah – wajah kami ini nampak di Jakarta” kata salah seorang penyedia kapal wisata dengan logat Minangnya yang kental.
Tarif perahu wisata menuju Pulau Cingkuak sangat terjangkau yaitu Rp 10 ribu sekali jalan, jadi bolak – balik ongkosnya Rp 20 ribu. Tidak perlu khawatir mendapatkan tarif mahal, sebab tarif ini sudah diatur oleh pemerintah setempat.
Saya menaiki perahu yang bermesinkan 40 PK (paardenkracht, tenaga kuda) bersama wisatawan lainnya. Hanya butuh waktu tak lebih dari 10 menit, perahu telah tiba di dermaga Pulau Cingkuak.
Pulau Cingkuak merupakan salah satu obyek wisata yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan, jauh sebelum Mandeh terkenal seperti saat ini. Pulau Cingkuak telah lebih dulu menjadi lokasi favorit untuk menikmati masa liburan.
Kala itu Pulau Cingkuak sedang ramai oleh wisatawan, ada yang berenang, snorkeling, bermain pasir dan sebagian lainnya asik menikmati wahana water sport seperti banana boat, doughnut boat, atau jet ski. Suara riuh mereka yang sedang memacu adrenalin terdengar hingga ke bibir pantai.
Karena datang seorang diri tentu saya melewatkan kegiatan mengasyikkan tersebut. Saya lebih memilih menelusuri pulau yang memiliki luas sekitar 4,5 hektar ini, sebab disini bisa kita temui sisa struktur benteng peninggalan zaman kolonial, sejumlah makam, dan bekas dermaga pelabuhan.
Saya terus melangkah mengikuti jalan setapak yang ditata rapi menggunakan batu kali dan tibalah saya di pintu benteng dimana terdapat papan dengan tulisan Situs Benteng Portugis Pulau Cingkuak yang dipasang oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Batusangkar.
Meski tertulis Benteng Portugis, rupanya benteng ini merupakan peninggalan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), perusahaan dagang Hindia Belanda. Penamaan situs Benteng Portugis hanya mengikuti sebutan yang sudah melekat pada masyarakat.
Bangunan benteng yang tersisa ini merupakan hasil pemugaran sekitar tahun 1995, karena tidak terlihat lagi bentuk bangunan benteng yang semestinya membuat jarang sekali pengunjung Pulau Cingkuak yang kesini. Waktu itu saja hanya ada saya dan dua orang lainnya.
Selain sisa struktur bangunan benteng, disini juga terdapat nisa berpagar yang di dalamnya ditulis dengan Bahasa Perancis. Tulisan ini menyebutkan, nisan dibuat oleh keturunan Madame Van Kempen pada Agustus 1991.
Siapa Madame Van Kempen? Dia adalah istri dari Thomas Van Kempen, seorang Residen Poeloe Tjinko.
Setelah itu ada apa lagi disini? saya terus berjalan menuju bagian barat pulau yang langsung menghadap ke Samudra Hindia. Sepi tidak ada orang seperti bagian timurnya yang penuh aktivitas wisata.
Comments