Apa yang ada di dalam benak anda mendengar menu pisang panggang? Pisang dikupas kulitnya, lalu dipanggang di atas arang, kemudian disajikan dengan topping cokelat misis atau keju dan diguyur susu kental manis. Namun, Pisang Panggang HM Zen yang sudah eksis lebih dari 50 tahun di Pasar Atas Bukittinggi ini sangat berbeda penyajiannya.
Pisang yang digunakan untuk penganan ini ialah pisang ambon. Pisang ambon yang telah masak kemudian dipanggang di wadah stainless tebal tanpa mengupas kulitnya terlebih dahulu. Setelah dipanggang beberapa menit, semua bagian pisang menjadi lunak. Setelah itu kulit dilepas dan pisang diletakkan di dalam piring. Siram dengan santan yang memiliki cita rasa gurih dan manis. Tak ketinggalan dua keping roti gabin yang juga menemani.
Dan seporsi Pisang Panggang ala HM Zen pun siap untuk disantap. Mudah banget kan kelihatannya?
Sudah sering saya mengunjungi Bukittinggi, begitu pun dengan Pasar Atas yang juga menjadi ikon dari kota yang dulu pernah menjadi ibukota Indonesia pada masa Pemerintahan Darurat ini.
Tapi saya belum tahu ada cemilan yang terbilang legend seantero Pasar Atas yakni Pisang Panggang HM Zen ini.
Pada kunjungan saya ke Bukittinggi yang entah untuk berapa kalinya ini, Bang Rangga mengajak saya untuk mencicipi pisang panggang yang lain dari biasanya.
Setelah memarkirkan kendaraan, kami berjalan ke sisi Rumah Makan Simpang Raya, disamping rumah makan yang juga legend ini, kami masuk ke dalam lorong Pasar Atas yang didominasi oleh penjual kain dan pakaian.
Baca juga : Rumah Makan Simpang Raya Bukittinggi
Setelah melewati beberapa toko, kami tiba di kedai mungil yang terselip diantara toko – toko kain dan pakaian. Saya mengatakan mungill sebab kedai ini hanya memiliki 4 meja makan saja. Menu yang disediakan juga sederhana seperti mie rebus, kacang hijau, lontong dan tentu saja pisang panggang yang menjadi menu utamanya.
Siang itu, suasana di kedai mungil ini cukup ramai namun masih menyisakan satu meja yang bisa kami tempati. Setelah mendapatkan tempat duduk, langsung saja kami memesan pisang panggang. Sembari menunggu pisang dimasak, di atas meja tersedia cemilan seperti sala lauak dan gemblong yang ketannya masih kasar, beda banget dengan gemblong Ibu Juju yang ramai dijual oleh penjaja di puncak Bogor dan sekitarnya.
Pesanan pun mendarat di hadapan kami. Dalam seporsi pisang panggang ini terdapat dua buah pisang ambon yang telah dipanggang, dua buah roti gabin yang diguyur oleh santan bercitarasa manis dan gurih.
Dalam sekejap cemilan ini sudah berpindah ke dalam perut kami, nyammm.
Sejarah Pisang Panggang Ala HM Zen
Setiap kuliner yang menyandang status legend tentu saja memiliki cerita yang unik. Pun halnya dengan Kedai Pisang Panggang HM Zen ini.
Pisang Panggang HM Zen sudah ada sejak 1965, saat ini yang mengelola kedai di Pasar Atas ialah generasi ketiga. Awalnya Bapak Zen mencari nafkah sebagai penjual cat. Pada suatu hari di kedainya ada orang yang menumpang duduk di tokonya, usut punya usut ternyata orang tersebut sedang sakit perut. Karena kasihan, oleh Bapak Zen dibuatkanlah pisang panggang untuk orang itu.
Ternyata pisang panggang racikan Bapak Zen ini enak dan orang itu pun sembuh dari sakit perutnya (ini sakit perut apa lapar ya?)
Setelah kejadian itu, banyak orang yang meminta untuk dibuatkan menu serupa. Naluri bapak Zen sebagai orang Minang melihat hal ini sebagai peluang. Ia pun mengalihkan usahanya dari menjual cat menjadi penjual pisang panggang.
Harga
Seporsi pisang panggang di kedai HM Zen dibanderol hanya Rp 7 ribu saja. Murah kan?
Dalam sehari kedai ini mampu menjual sekitar 50 – 80 porsi pisang panggang, belum termasuk dengan menu lainnya.
Kedai Pisang Panggang HM Zen mulai buka sejak jam 7 pagi dan tutup pada sore hari. Misalnya perut mu merasa belum kenyang hanya dengan pisang panggang, tepat di depan kedai ada juga yang menjual sate padang.
Jadi kalau lagi liburan ke Bukittinggi, sempatkan singgah ke kedai ini ya!
Comments