Bukittinggi, di pertengahan November 2018 yang dingin dan basah, membuat hasrat untuk makan menggelora. Saya merindukan kenikmatan Nasi Kapau, sepertinya siang ini saya akan menuntaskan hasrat ini dengan seporsi Nasi Kapau dengan lauk tambunsu. Pasti nikmat. Biasanya jika saya sedang ingin Nasi Kapau, saya menuju Kedai Uni Lis yang ada di Pasar Lereng. Tapi kali ini saya mau mencoba Nasi Kapau Uni Cah yang ada di Jalan Raya Padang Luar KM 4.
Dengan mengendarai sepeda motor matic, saya menuju Nasi Kapau Uni Cah yang terkenal itu. Ya, terkenal tapi saya sendiri belum pernah makan disana. Setelah sekitar 20 menit berkendara, saya tiba di depan sebuah bangunan bergonjong yang di depannya terpasang banner bertuliskan Selamat Datang Nasi Kapau Uni Cah, lengkap dengan daftar menu spesifiknya.
Baca juga : Rumah Makan Sepelemparan Batu Dari Jam Gadang
Tidak seperti kedai nasi kapau yang ada di Pasar Lereng Bukittinggi yang memiliki bentuk sederhana. Rumah Makan Nasi Kapau Uni Cah ini terbilang mewah dan besar, ia bisa menampung banyak orang untuk makan di dalamnya.
Sejarah Nasi Kapau Uni Cah
Sebelum makan hasrat kepo membuncah, saya ingin tahu sejarah tentang rumah makan ini. Sebagai orang Minang saling bercerita tentunya sudah menjadi kegemaran. Pun halnya dengan Yogi, pelayan yang menamani obrolan ini.
Ia bercerita bahwa Uni Cah yang melekat sebagai nama rumah makan ini berasal dari nama pemiliknya. Beliau saat ini berusia sekitar 63 tahun dan tinggal di Kapau, sebuah nagari di Kabupaten Agam yang berjarak sekitar 8 kilometer dari Kota Bukittinggi. Tempat dimana Nasi Kapau ini berasal.
Nafsah (nama asli dari Uni Cah) mulai berjualan nasi kapau pada tahun 1981 di Sijunjung, kemudian pada 1990 pindah lokasi berjualan ke Pasar Aur Kuning, Bukittinggi.
Saat itu karena keterbatasan modal, kedainya tak menggunakan meja makan.
Dibantu oleh anak – anak dan suaminya, Uni Cah terus mengasah kemampuan memasaknya secara otodidak. Ia memilih memasak menu sedikit demi sedikit, hal ini demi menjaga cita rasa masakannya dan pembeli langganannya selalu mendapatkan masakan yang baru setiap hari.
Usaha kerasnya pun berbuah hasil. Berkat promosi dari mulut ke mulut, Nasi Kapau Uni Cah semakin terkenal. Pada waktu itu meski tempat usahanya hanya berupa warung tenda kaki lima, pegawainya mencapai 15 orang.
Usahanya kian meningkat sehingga pada 2002 Uni Cah memindahkan tempat usahanya ke sebuah ruko yang dikontraknya di Pasar Aur Kuning. Karena ruko tersebut dijual oleh pemiliknya, pada 2004 Uni Cah pindah lagi ke ruko di Jalan Padang Luar KM 4 yang hingga saat ini masih bertahan.
Saatnya Makan Nasi Kapau Uni Cah
Wah panjang juga cerita sejarah perjuangan Uni Cah membesarkan usaha Nasi Kapaunya. Salut dan patut ditiru nih.
Okelah, perut sudah lapar, sekarang saatnya mencoba nasi kapau khas Uni Cah.
Meski telah menjadi rumah makan besar, Uni Cah tetap mempertahankan gaya penyajian Nasi Kapau pada umumnya yakni, setiap menu di letakkan di baskom – baskom besar yang ditata secara berundak di depan penjual yang menjadikan salah satu keunikan dari Nasi Kapau.
Ketika pembeli memesan, pelayan akan mengambil lauk – pauk dengan sendok sayur bergagang kayu panjang, sehingga bisa menjangkau lauk yang letaknya agak jauh dari jangkauan tangan.
Oh ya, meski sama – sama dari Sumbar, Nasi Kapau memiliki perbedaan dengan Nasi Padang. Kalau Nasi Padang sayuran yang menjadi teman nasi dipotong kecil – kecil, sedangkan sayuran pada menu Nasi Kapau disajikan utuh. Kol, misalnya, disajikan selembar utuh! Lalu biasanya di Nasi Kapau juga ada irisan lobak, bukan sembarang lobak melainkan lobak yang berasal dari kaki Gunung Singgalang yang memiliki cita rasa manis.
Baca Juga : Gulai Kepala Ikan Karang Enak di Bungus
Saya memesan lauk tambunsu, yakni gulai usus sapi yang berisi campuran tahu dan telur ayam yang sudah dihaluskan. Selain itu saya juga memesan ikan rayo batalua.
Kenapa saya pesan dua lauk ini? Sebab kedua lauk ini merupakan menu spesial disini dan umumnya di rumah makan padang biasa tidak ditemukan menu ini.
Selain dua lauk yang saya pesan, Nasi Kapau Uni Cah memiliki menu lainnya seperti rendang ayam, gulai tunjang, dendeng masiak, ayam bakar, kalio hati dan limpa, ikan pangek kalay dan goreng baluik.
Baiklah, fokus saya sekarang terhadap nasi kapau dengan dua lauk yang saya pesan. Pertama saya potong tambunsu yang dibasahi kuah gulai ini. Kemudian saya masukan potongan tambunsu ini ke dalam mulut. Hemm.. ternyata tambunsunya agak masam bagi lidah saya.
Selanjutnya Ikan Rayo Batalua, duh kalau ketahuan Menteri Perikanan bisa dimarahi nih saya karena makan ikan yang ada telurnya. Rasa ikan batalua ini enak banget, cocok di lidah saya. Teksturnya mirih sarden, dagingnya agak padat dan karena ikannya kecil tulang dari ikan tidak nyangkut di tenggorokan.
Selain nasi kapau, tentunya rumah makan ini juga menyediakan ragam minuman. Saya memesan teh telur, yang sayangnya teh telur disini rasanya tidak segreget nasi kapaunya.
Untuk makanan dan minuman yang saya santap kali ini saya harus merogoh kocek sebesar Rp 85.000, cukup mahal memang jika dibandingkan dengan nasi kapau yang ada di pasar lereng sana. Tapi sebanding dengan rasanya. Cukup recommended!
Sekilas Info Nasi Kapau Uni Cah
- Harga per porsinya ialah Rp 40.000 yang terdiri dari Rp 10.000 untuk nasinya aja dan Rp 30.000 untuk lauknya, kecuali Ikan Batalua dan Kapalo Ikan yang diharga
- Menu yang tersedia di Nasi Kapau Uni Cah diantaranya Ikan Batalua, Ayam Balado, Ayam Bakar, Tambunsu, Pangek Ikan Rayo, Rendang Ayam, Dendeng Masiak dan Gulai Tunjang.
- Nasi Kapau Uni Cah tidak membuka cabang di tempat lain.
- Rumah makan ini buka mulai dari jam 8 pagi hingga jam 9 malam.
- Meski telah menjadi rumah makan besar, namun penyajiannya masih sama seperti Nasi Kapau pada umumnya.
- Pada Oktober 2013, Rombongan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyempatkan singgah di rumah makan ini.
Comments