Bukittinggi, sebuah kota kecil yang berada di dataran tinggi Sumatera Barat. Kota ini hanya memiliki luas sekitar 25 Km2. Namun ia dianugerahi dengan pemandangan alamnya yang rancak, selain itu pada masa sebelum kemerdekaan RI banyak sekali peristiwa sejarah yang terjadi disini sehingga banyak peninggalan sejarah yang hingga saat ini masih bisa kita saksikan. Salah satunya adalah Lobang Jepang Bukittinggi.
Disebut lobang, bukan goa. Karena saat ditemukan pertama kali pada awal tahun 1950, pintu Lobang Jepang ini hanya 20 cm dengan kedalaman 64 meter. Lalu setelah dikelola dan dibuka secara umum oleh pemerintahan setempat pada tahun 1984, mulut lubang tersebut dibuat lebih nyaman untuk dilalui
Lobang Jepang Bukittinggi berada di Taman Panorama yang berada cukup dekat dari Jam Gadang. Bila berjalan kaki hanya membutuhkan waktu kurang dari 15 menit.
Baca Juga : Taman Panorama Bukittinggi
Untuk masuk ke dalam Lobang Jepang Bukittinggi, tiap pengunjungnya dikenakan biaya tiket masuk sebesar Rp 15.000.
Begitu masuk ke dalam area Taman Panorama, anda akan disambut oleh orang – orang yang berprofesi sebagai guide atau pemandu yang akan menemani anda ketika menelusuri Lobang Jepang. Hati – hati ketika memilih guide, sebab masih ada oknum guide yang menetapkan tarif seenaknya dan mahal. Carilah guide yang resmi dan ditandai dengan name tag dari HPI (CMIIW), sebab mereka tidak menetapkan tarif dan menerima tips seikhlasnya dari pengunjung.
“ayo – ayo bapak ibu kumpul disini dulu, saya jelaskan rute Lobang jepangnya terlebih dahulu sebelum kita masuk ke dalam” dengan penuh semangat, sebut saja Asril memulai pembicaraannya.
“Ada 21 lorong kecil yang fungsinya bermacam-macam mulai sebagai ruang amunisi, ruang pertemuan, pintu pelarian, ruang penyergapan serta penjara, nanti kita kunjungi semunya ya” tambahnya lagi dengat aksen Minang yang sangat kental.
Sembari menyusuri satu per satu anak tangga, Uda Asrul terus bercerita. “Lobang Jepang ini di buat atas instruksi Letjen Moritake Tanabe, ia adalah Panglima Divisi ke 25 Angkatan Darat Balatentara Jepang” terangnya.
Lobang Jepang Bukittinggi dibuat sebagai basis pertahanan pasukan Jepang dalam menghadapi Perang Asia Timur Raya. Lobang ini dibuat paska Jepang merebut kekuasaan dari tangan Belanda pada Maret 1942 dan selesai pembangunanya pada Juni 1944. Dengan kedalaman mencapai 64 meter di bawah permukaan tanah, konon lobang Jepang ini mampu menahan letusan bom seberat 500 Kg.
Untuk membangun lobang ini, Jepang menerapkan sistem kerja paksa. Orang – orang dari Jawa, Kalimantan dan Sulawesi dibawa menuju Bukittinggi untuk dipekerjakan secara paksa membangun lobang. Tidak ada seorang pun dari Bukittinggi yang dipekerjakan, sebab Jepang membangun lobang ini secara rahasia. Apabila orang Bukittinggi diikutsertakan maka dengan mudah diketahui keberadaan lobang ini.
Orang Bukittinggi sendiri dikirim ke wilayah lain seperti Bandung dan Pulau Biak dimana pada tempat tersebut bisa kita jumpai Lobang Jepang lainnya.
“Coba bapak ibu perhatikan dinding – dinding lobang ini, ada sekat – sekat dan tiap sekatnya berjarak 4 meter, itu adalah jarak yang harus dikerjakan oleh tiap romusha per harinya. Apabila romusha tersebut tidak mampu maka akan mendapatkan siksaan dari Jepang” geram sekali mendengar kekejaman penjajahan Jepang.
Selain sekat pada dinding, bila diperhatikan lebih lanjut maka terlihat bahwa kontur dinding lobang dibuat tidak merata dan berceruk. Fungsi dari cerukan tersebut agar suara dalam lobang tidak bergema. Sehingga jika ada tahanan yang disiksa maka suaranya tidak terdengar keluar, hanya sebatas lorong ini saja.
“bapak, ibu. Sekarang kita sampai di bagian yang paling menyeramkan dari Lobang Jepang” ucapan Uda Asrul ini membuat jantung berdegup kencang.
Bagian yang dimaksud ialah ruang dapur yang bersebelahan dengan ruang penjara. Ruang dapur sini bukanlah tempat masak seperti pada umumnya, oleh Jepang ia difungsikan untuk memotong – motong tahanan yang sudah tewas lalu dibuang melalui lubang kecil yang berada di pojok kiri bawah menara pengintaian. Ujung dari lubang tersebut ialah sungai yang berada di Ngarai Sianok. Meski terlihat kecil dari luar, ternyata lubang tersebut memiliki lebar 1 m dan tinggi 2 m 15 cm. Cerita mengerikan ini cukup membuat bulu roma berdiri bagi siapa saja yang mendengarnya.
“ayo, Tur, suruh cepetan guidenya keluar dari sini, merinding nih” bisik peserta tour Jelajah Sumbar kepada saya.
Memang saya akui, ruang dapur dan penjara ini memiliki hawa yang berbeda dengan ruangan lainnya yang ada. Begitu tiba disini hawanya terasa sangat sejuk, namun sejuknya mencekam! Ga percaya? Datang aja buktikan sendiri.
Akhirnya kami tiba di ujung lobang. Dan Uda Asrul pun mengakhiri kisahnya tentang tiga misteri terkait Lobang Jepang yaitu pertama, berapa banyak tanah hasil galian untuk membuat lubang ini dan di kemanakan tanah tersebut? Pernah dibuat suatu penelitian mengenai tanah yang ada di sungai namun ternyata hasilnya tidak sesuai.
Kedua, berapa jumlah Romusha yang diperkerjakan dan tewas saat mengerjakan lobang ini? Dan yang ketiga bagaimana nasib Letjen Moritake Tanabe yang menginstruksikan pembangunan lobang jepang, paska Jepang kalah dalam perang dunia II? Semua masih menjadi misteri.
So, jika anda mengunjungi Bukittinggi maka sempatkanlah untuk mengunjungi Lobang Jepang. Cerita yang anda dapati akan membuat anda tergugah dan bersyukur bahwa masa kelam penjajahan itu telah terlewati dan jangan sampai terulang kembali.
Comments