Setelah mencicipi kue mangkuak santan di Nagari Sianok Anam Suku. Kami melanjutkan perjalanan menuju Malalak tepatnya ke sebuah lapau nasi yang memiliki minuman andalan yaitu Kopi Tatungkuik.
Baca juga : Nikmatnya Mencicipi Kue Legend dari Nagari Sianok
Bang Rangga kembali memimpin perjalanan. Kami telah meninggalkan wilayah Nagari Sianok Anam Suku dan kini mulai memasuki nagari lainnya yaitu Nagari Koto Gadang. Nagari ini dikenal sebagai penghasil kerajian perak ternama serta menjadi tempat kelahiran bagi pahlawan nasional dari Sumatera Barat yaitu Sutan Sjahrir dan Rohana Kudus.
Perjalanan ini begitu menyenangkan karena kami disuguhkan oleh pemandangan indah yang menawan. Persawahan yang luas di kanan kiri jalan serta panorama Gunung Singgalang yang nampak bersih tanpa dihadang oleh kabut atau awan.
Kami pun tiba di Jalan Padang Lua – Maninjau, selanjutnya kami mengambil arah kanan yang searah menuju Maninjau. Sekitar 8 kilometer kemudian, kami tiba di persimpangan yang mempertemukan antara Malalak dan Balingka. Persimpangan tersebut merupakan ujung dari Jalan Malalak yang dibuat sebagai jalan alternatif menuju Bukittinggi dari Kota Padang dan sebaliknya.
Dari persimpangan ini, lokasi lapau nasi Putuih Basambuang masih sekitar 14 kilometer lagi dengan kondisi jalan menurun dan berkelok – kelok.
Meski bisa dikatakan ekstrim tapi jalan ini memiliki pemandangan yang indah berupa Gunung Singgalang dan perbukitan di sekitarnya. Di beberapa titik kita juga menyaksikan Samudera Hindia dari ketinggian.
Kami pun sampai di Lapau Nasi Putuih Basambuang. Ada beberapa mobil dan motor yang telah terparkir disana.
Lapau nasi yang sudah merintis usahanya sejak 2013 ini memang sering menjadi tempat persinggahan bagi pengguna jalan Malalak. Mereka singgah disini untuk santap siang atau hanya sekedar meluruskan kaki sembari menikmati Kopi Tatungkuik ditambah dengan panorama terasering persawahan. Sungguh, lapau nasi ini memang tempat persinggahan yang mantap.
Disini kami hanya memesan dua kopi susu tatungkuik dan kopi tatungkuik original serta pisang goreng untuk teman minumnya.
Kopi ini sebenarnya sama seperti kopi di tempat lain hanya saja cara penyajiannya terbilang unik. Bibir cangkir atau gelas kopi yang seharusnya menghadap ke atas oleh pembuatnya dibuat terbalik atau dalam posisi tertelungkup. Oleh orang Minang mereka menyebutnya tatungkuik. Jadilah kopi ini punya nama Kopi Tatungkuik.
Oh ya, penyajian kopi seperti ini juga bisa ditemui di Meulaboh Aceh. Mereka menyebutnya dengan Kopi Khop.
Proses membuat Kopi Tatungkuik ini terlihat mudah. Lapau ini telah menyiapkan setoples penuh biji kopi jenis robusta yang telah di roasting bersamaan dengan ketan hitam.
“Disangrainya tidak disini, ada kemenakan yang bawa tiap hari kesini” kata seorang pria paruh baya yang saya jumpai di tempat menyeduh kopi.
Kopi yang telah disangrai ini kemudian diletakkan ke dalam gelas. Untuk yang original hanya diberi gula pasir sedangkan untuk kopi sisi diberi tambahan susu kental manis. Saat ada yang memesannya, air panas langsung dituangkan ke dalam gelas. Lalu disajikan dengan posisi gelas yang terbalik.
Menurut pemilik lapau ini, cara penyajian dengan gelas terbaik dapat membuat kopi terasa lebih nikmat dan panas lebih lama sebab hawa di Malalak ini tergolong dingin.
Tiga kopi tatungkuik serta pisang goreng pesanan kami sudah terhidang. Lalu bagaimana cara menikmati kopi ini?
Kita bisa dengan cara mengangkat gelas secara perlahan, namun cara ini tergolong berisiko karena salah mengangkat bisa – bisa kopinya malah tumpah.
Jadi cara menikmati kopi tatungkuik ialah dengan meniup bagian pertemuan dan tadah memakai sedotan. Dengan cara seperti ini air kopi di dalam langsung keluar ke tadah dan kita pun bisa menyeruputnya.
Karena menggunakan biji kopi robusta maka rasa dari kopi tatungkuik ini cenderung pahit. Untunglah saya memesannya yang mengggunakan susu. Selain pahit, ia juga ada cita rasa lemak yang keluar dari ketan hitam. Mungkin kalau ditempat lain mereka menggunakan jagung sebagai tambahan saat meroasting biji kopi.
Harga kopi tatungkuik versi original dibanderol dengan harga Rp 8 ribu, sedangkan jika menggunakan susu Rp 10 ribu.
Selain menyajikan kopi tatungkuik, lapau nasi ini juga menyediakan menu makanan sehari – hari berupa nasi dan lauk pauk yang biasa ada di rumah makan Padang.
Menu andalan disini adalah baluik goreng sambalado serta kalio jariang alias gulai jengkol muda.
Tertarik untuk singgah kesini?
Silahkan klik alamatnya disini.
Comments