Selain dikenal sebagai penghasil tebu berkualitas baik, Nagari Lawang di Kabupaten Agam juga punya oleh – oleh khas yang bisa dijadikan sebagai buah tangan bagi kerabat anda, usai anda mengunjungi Puncak Lawang dan sekitarnya.
Usaha kacang barandang banyak tersebar di Jalan Taman Panorama Puncak Lawang yang merupakan akses menuju objek wisata Puncak Lawang yang terkenal dengan panorama indah Danau Maninjau dari ketinggian.
Saya tertarik melihat proses pembuatan kacang barandang ini sehingga saya pun berhenti di salah satu unit usaha kacang barandang. Kedatangan saya langsung disambut senyum ramah oleh Ibu Nini yang merupakan pemilik usaha.
“ayo masuk, kebetulan sekarang kami lagi mau mulai proses pembuatan kacang barandang” ajak Ibu Nini
Menurut Ibu Nini, kacang – kacang ini diambil dari perkebunan kacang di wilayah Palembayang yang merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Agam. Palembayang memiliki udara yang sejuk sehingga cocok untuk menanam kacang dan ketika panen hasilnya pun sangat baik.
Dari Palembayang, usai panen kacang dibawa menuju Lawang, lalu kacang – kacang itu di jemur di bawah terik matahari untuk mengurangi kadar air yang terkandung di dalam kacang.
Selanjutnya, usai kacang dijemur kemudian kacang – kacang tersebut disortir berdasarkan jumlah biji kacangnya. Penyortiran ini membagi dua jenis kacang yaitu kacang dengan jumlah biji hanya dua dan kacang yang berisi tiga biji atau lebih.
“kacang yang bijinya hanya dua memiliki rasa lebih gurih dan manis ketimbang kacang yang bijinya lebih dari dua” terang ibu Nini
Itulah mengapa proses penyortiran ini diperlukan.
Kacang yang telah dipisahkan tersebut kemudian selanjutnya dimasak dengan cara disangrai menggunakan pasir di atas kuali yang berukuran besar. Kompornya menggunakan tungku dari tanah liat sedangkan untuk bahan bakarnya masih menggunakan kayu bakar.
“Nah itulah mengapa disebut kacang barandang, barandang itu artinya disangrai” kata ibu Nini.
“ibu yang ini dia masak yang biji dua, kalo yang satunya masak yang biji tiga atau lebih” terang ibu Nini. Lalu kacang yang sudah matang disangrai ditaruh untuk selanjutnya ditampi menggunakan nyiru mirip seperti ketika menampi beras. Kacang – kacang berkualitas rendah akan jatuh dan dipisahkan namun tidak dibuang begitu saja, kacang tersebut nantinya masih bisa digunakan sebagai bahan untuk bumbu pecal atau gado – gado.
“yang ini sudah matang, masih hangat, gurih, ayo dicoba” tutur ibu Nini sembari memberi saya beberapa kacang yang masih dalam keadaan hangat. Kacang ini memang terasa manis dan gurih apalagi yang isinya dua. Saya pun membeli kacang barandang buatan Ibu Nini sebanyak 5 liter sebagai oleh – oleh yang per liternya dijual Rp 12 ribu.
Kacang barandang ibu Nini ini nantinya akan dibeli oleh penjual kacang yang menjual kacangnya di Matur, itulah mengapa nama kacang barandang ini lebih dikenal dengan nama Kacang Matur karena sudah sejak lama kacang tersebut dijual diwilayah Matur.
“dulu sebelum Puncak Lawang menjadi obyek wisata yang ramai dikunjungi orang, kami jual kacang barandang ini seluruhnya ke Matur, Bukittinggi, dan Payakumbuh, kini kami juga menjual sendiri kepada wisatawan yang berkunjung ke Puncak Lawang” tutur ibu Nini dipenutup pembicaraan kami.
Comments