Pengalaman kunjungan ke Taman Safari Indonesia kali ini sungguh sangat berkesan, sebab dalam kunjungan ini kami bisa bertemu dan berdiskusi secara langsung dengan Bapak Jansen Manansang, Direktur Taman Safari Indonesia.
Siapa yang tidak kenal kawasan Puncak Kabupaten Bogor? Berada di ketinggian, memiliki udara sejuk serta pemandangan yang indah membuatnya menjadi idola bagi orang – orang untuk mengisi waktu liburan disana. Salah satu oyek wisata yang menarik di kawasan Puncak ialah kawasan suaka margasatwa terkenal di dunia, Taman Safari Indonesia.
Baca juga : Panda Raksasa dan Panda Merah Yang Lucu, Menggemaskan. Mana Yang Paling Kamu Suka?
Pada 27 – 28 Januari 2018, Tim penulis Green Ramadhan mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi Taman Safari Indonesia. Kegiatan kami disana terasa sangat istimewa sebab kami berkesempatan secara langsung untuk mengenal dan berdiskusi dengan Jansen Manansang, Direktur sekaligus pemilik Taman Safari Indonesia.
Selama dua hari berturut – turut di tengah kesibukannya, Bapak Jansen menyediakan waktu menemui kami untuk berdiskusi, berbagi cerita dan pengalaman dengan kami.
Berikut ini ialah catatan yang saya tulis selama dua jam mengenal lebih dekat beliau.
Profil Singkat Jansen Manansang
Jansen Manansang lahir di Jakarta pada tahun 1942, sejak kecil ia ikut sang ayah melakukan pertunjukan bersama kelompok sirkus oriental, lalu pada tahun 1985 Jansen dan ayahnya mendirikan Taman Safari Indonesia yang menjadi taman safari pertama di ASEAN. Sewaktu muda, Jansen pernah bersekolah di Jakarta serta memperoleh gelar master Biologi.
Kerja keras Jansen melaksanakan kebijakan perlindungan alam dan lingkungan pemerintah Indonesia mendapat perhatian dari pemerintah dan petinggi negara, serta departemen perlindungan lingkungan, kehutanan dan penelitian pariwisata, yang memuji dan mengakui kinerja serta kontribusi yang diberikan oleh Taman Safari Indonesia terhadap bidang yang disebutkan di atas. Karena itu Jansen juga pernah mendapatkan pujian dari negara, dan menjadi orang pertama di Indonesia yang meraih penghargaan kehormatan di bidang “Eco Tourism”
Saat ini Jansen menjabat sebagai anggota dewan penasehat Asosiasi Kebun Binatang Asia Tenggara, serta pelaksana kelompok pakar pembiakan dari International Union for Conservation of Nature untuk wilayah Indonesia.
Di bawah kepemimpinan Jansen, TSI saat ini menjadi kebun binatang terbesar dan terlengkap di Asia Tenggara. Dari awalnya hanya memiliki 50 spesies satwa, kini TSI telah memiliki lebih dari 300 spesies satwa dan lebih dari 7500 ekor satwa.
Bermula Dari Sirkus Oriental
“masa – masa kecil saya tidak seperti anak – anak zaman sekarang yang diisi dengan kegiatan menyenangkan seperti main gadget, bermain sepak bola dan lain – lain. Sejak kecil saya harus bekerja keras, latihan sepanjang hari seperti misalnya handstand 30 menit, sulap, melatih hewan dan banyak lagi” kenang Jansen.
Ayah Jansen Manansang adalah Hadi Manansang, seorang kepala sirkus oriental Indonesia pada tahun 1965. Setiap libur sekolah ia sering ikut tur keliling rombongan sirkus. Ia mulai belajar sejak kecil, dari sekitar umur 7 – 8 tahun, lalu setelah tamat SMA ia melanjutkan kuliah dan meraih gelar Sarjana Biologi.
Seiiring berjalannya waktu, hewan – hewan yang dimiliki oleh sang ayah semakin banyak hingga membuat pekarangannya tidak muat lagi menampung. Lalu ayahnya mendukung Jansen untuk mencari tempat usaha di dekat Jakarta dan Bogor, hingga akhirnya mendapatkan lokasi yang sekarang.
Taman Safari dulunya merupakan kebun teh yang sudah tidak produktif lagi, disini sama sekali tidak ada pohon. Ia pun memutuskan untuk membeli tanah disini, lalu mengajukan proposal pendirian usaha kebun binatang. Dan ternyata ia mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah untuk mendirikan tempat perlindungan satwa liar dan bisa menggunakan areal tanah seluas 60 hektar. Setelah itu mereka mengundang beberapa orang ahli, termasuk seorang ahli asal Jerman untuk membangun TSI
Pembukaan TSI mendapat perhatian dan sambutan positif dari berbagai pihak, karena merupakan tempat wisata unik sekaligus suka margasatwa yang memiliki nilai edukatif. Setelah itu Jansen terus mengembangkan TSI dan kini luasnya sudah mencapai lebih dari 169 hektar.
Ide Awal Mendirikan Usaha Kebun Binatang
Dari usaha sirkus oriental beralih ke usaha kebun binatang, tentunya ada hal menarik dibalik semuanya ini.
“Mengapa ayah anda tertarik membuka usaha kebun binatang?” tanya saya
“Ayah saya memiliki dua tujuan dan dua harapan. Yang pertama ia membiakkan harimau, singa dan gajah untuk memenuhi kebutuhan pertunjukan sirkus, lalu belakangan ia mendapat ide untuk membuka kebun binatang. Lalu yang kedua ia juga berharap kebun binatang berisi banyak satwa liar ini akan membuat para pengunjung lebih peduli terhadap lingkungan hidup, jadi dari ide itulah semuanya berasal” jawabnya dengan penuh semangat.
“Di Taman Safari sekarang ada 50 ekor gajah, awalnya hanya 25 ekor gajah yang diambil dari sekolah pelatihan khusus. Di dunia ini kamilah yang paling berhasil membiakkan gajah” tambahnya lagi.
Koleksi Satwa Taman Safari
Satwa – satwa di Taman Safari Indonesia didatangkan dari lima benua di Indonesia, jumlahnya mencapai lebih dari 3 ribu ekor, ada satwa lokal dan impor, serta satwa langka atau satwa yang dilindungi. Jika ditambah dengan ikan dan burung. Jumlahnya bisa mencapai 7500 ekor.
“Kami juga memiliki harimau sumatera yang sangat langka, ada 5 spesies harimau di dunia dan hanya 1 yang terancam punah yakni harimau sumatera. Selain itu praktik penebangan dan pembukaan tambang liar di hutan juga berimbas terhadap populasi gajah liar. Lalu disini juga ada bekantan, orang utan dan lain – lain” ujar Jansen
Kontribusi Taman Safari Untuk Konservasi
Taman Safari Indonesia menampilkan beragam satwa langka dan juga memberikan pengalaman edukatif kepada para pengunjung.
“Kami juga memiliki andil dalam pelestarian satwa melalui konservasi satwa di luar habitat alaminya. Taman safari memberikan kontribusi yang besar tidak hanya kepada Indonesia tetapi juga kepada negara – negara lain di seluruh dunia” Kata Jansen
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, lokasi Taman Safari dulunya ialah kebun teh. Namun saat ini telah menjadi rimbun dengan pepohonan. Sejak mulai didirikan, TSI telah menanam lebih dari 50 ribu pohon, selain itu di belakang TSI merupakan Taman Nasional yang juga merupakan kawasan dilindungi, dan kini menjadi obyek wisata alam populer di Indonesia
Saat ini TSI terus berupaya untuk melestarikan spesies satwa yang terancam punah.
“Di seluruh dunia ada banyak lembaga konservasi satwa seperti TSI dan kami saling bertukar pengalaman, selain itu kami juga memanfaatkan tenaga ahli untuk pembiakan dan pelestarian satwa, agar mereka bisa memiliki keturunan terus berkembang biak” katanya
Panda di Taman Safari Indonesia
Pada akhir September 2017 berlangsung peristiwa bersejarah yaitu kehadiran dua giant panda di Indonesia yang didatangkan langsung dari Cina. Cina meminjamkan pasangan panda itu kepada Indonesia selama 10 tahun dan Taman Safari Indonesia dipercaya menjadi rumah untuk kedua panda selama di Indonesia.
Kedua panda itu ialah panda jantan bernama Cai Tao and panda betina dengan nama Hu Chun. Cai Tao lahir pada 7 Agustus 2010 sedangan Hu Chun lahir pada 8 September 2010. Setelah menjalani proses karantina selama satu bulan sejak kedatangannya, kini publik Indonesia dapat melihat hewan menggemaskan ini.
Kehadiran Panda di Indonesia merupakan bagian dari kebijakan diplomasi Cina untuk memperat hubungan persahabatan dengan Indonesia. Hal ini dibahas langsung oleh Presiden RI Joko Widodo dan Presiden Cina Xi Jinping serta mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.
“Sebelumnya ada 15 negara yang telah dapat kesempatan melalui mekanisme breeding loan dan saat ini kita dipercaya menjadi negara ke 16 yang memperoleh kepercayaan untuk mengembangbiakan giant panda” ujar Jansen
Ditambahkan olehnya, kerjasama antarnegara ini diharapkan dapat mempererat hubungan diplomatik di berbagai bidang, khususnya konservasi satwa.
Public Awareness Sebagai Hal Terpenting Dalam Konservasi
Di akhir diskusi, Jansen mengatakan masih banyak yang bisa ditingkatkan dalam pelestarian lingkungan dan satwa liar yang terancam punah, dan semangat serta kepedulian akan hal tersebut harus disebarluaskan kepada masyarakat.
“Public awareness inilah yang menjadi hal terpenting dalam konservasi, konservasi tidak hanya menjadi urusan ahli kehutanan, ahli lingkungan, ahli biologi, semua kalangan harus turut serta. Masyarakat harus sadar betul bahwa dengan menjaga alam maka kehidupan menjadi seimbang dan lebih baik” tutupnya
Comments