Kami kembali menuju jalan Nagari Silokek yang berada di tepi Sungai Batang Kuantan. Ada kejadian lucu disini, ketika Bojeng melewati turunan tajam dengan kecepatan tinggi membuat Ryan yang berada dibelakangnya terhempas hingga bagian belakang celananya robek
“he alah, abang ko kancang bana baok honda-nyo, robek lo sarawa awak, ondeh taibo awak (Abang ini kencang sekali bawa motornya, robek pula celana saya, aduh sedihnya saya)” kata Ryan
Tujuan kami selanjutnya adalah Pasir Putih Nagari Silokek. Pasir Putih ini juga merupakan obyek wisata yang ada di Nagari Silokek selain goa – goa eksotis.
Kami tiba di Pasir Putih, kemudian memarkirkan kendaraan dan memesan teh manis hangat di sebuah warung yang berada disana.
Ajaib, meski berada di tepi sungai namun suasananya seperti layaknya di pantai, pasir putih disini benar – benar mirip di pantai dengan teksturnya yang halus dan lembut. Namun, sekali lagi keindahan alam yang telah diberikan Tuhan ini lagi – lagi terusik akibat keberadaan sampah dan sisa api unggun.
Ya, Pasir Putih ini memang pelengkap keindahan Nagari Silokek dan menjadi tempat yang paling digemari disini. Pada libur lebaran kemarin, disini diadakan organ tunggal yang mengundang penyanyi penghibur kelas lokal. Untuk menikmati hiburan ini bagi pengunjung dikenakan biaya Rp 15.000, hal ini saya ketahui dari sobekan – sobekan kertas tiket yang banyak berserakan.
Bagi pecinta alam, Pasir Putih merupakan tempat asik untuk kemping bersama teman – teman, berada di tepian sungai serta pasir bak pantai menyuguhkan tempat yang nyaman untuk melakukan aktivitas ini.
“mau kemana lagi kita? Kalo dari sini kita bisa lanjut ke Durian Gadang, disana ada air terjun, peninggalan sejarah, ada kereta uap, makam de Greve atau kita keluar dari sini kita ke Ngalau Pasuak” terang Bojeng
“de Greve? Orang yang menemukan batubara di Sawahlunto itu? Saya mau kesana” kata saya, sebagai pecinta sejarah tentunya makam dari orang penting merupakan hal yang menarik buat saya, lagi pula bagi saya cukup trekkingnya hari ini karena menuju Ngalau Pasuak artinya harus trekking naik turun bukit lagi.
Terjadi beda pendapat, Ryan lebih menginginkan ke Ngalau Pasuak karena ia penasaran dengan goa yang satu ini. Selain itu alasan celananya yang sobek itu membuatnya ia meminta kembali ke rumah Bojeng untuk menukar dengan celana lainnya.
Baiklah, saya mengalah.
Kami kembali ke rumah Bojeng, namun sebelum keluar dari Nagari Silokek, Bojeng kembali memberhentikan sepeda motornya lalu turun ke sungai. Ooo, rupanya dia mengajak berfoto di tepian sungai yang dipenuhi batu – batu besar yang menarik jika diabadikan dalam foto.
Sesampainya di rumah Bojeng, kami shalat kemudian istirahat sembari leyeh – leyeh melihat – lihat hasil foto di Nagari Silokek.
Selagi kami menikmati waktu santai, Bojeng pergi keluar mencari nasi bungkus untuk kami sebagai bekal makan siang kami di Ngalau Pasuak nanti.
Comments