Air terjun di Lembah Harau ada banyak, mulai dari yang terlihat langsung di depan mata hingga yang tersembunyi diantara rindangnya hutan dan pepohonan.
Orang lokal di Lembah Harau menyebut air terjun dengan sebutan sarasah. Sarasah Aka Barayun, Sarasan Bunta, Sarasah Aie Luluih dan Sarasah Aie Angek adalah nama – nama air terjun yang telah saya kunjungi. Keempat air terjun ini bisa dikatakan air terjun paling mainstream di Lembah Harau. Semua wisatawan bisa mengunjunginya.
Baca juga : Sarasah Aie Angek, Tersembunyi di Balik Resort Bonta
Di Kampung Jorong Padang Rukam yang berada sekitar 6 kilometer dari Lembah Harau View Point, terdapat air terjun tujuh tingkat yang keberadaannya jarang diketahui oleh wisatawan.
Pada Mei 2016, seluruh punggawa Jelajah Sumbar melakukan ekspedisi untuk mengeksplore ketujuh air terjun tersebut.
Cerita Awal
Mei 2016 adalah saat yang berbahagia bagi Agus (CTO Jelajah Sumbar) yang baru saja mempersunting istrinya, Lovi yang merupakan adik dari Rangga (CMO Jelajah Sumbar). Saat itu saya (CEO Jelajah Sumbar) yang sedang mendapatkan cuti panjang usai mendapatkan tugas kantor selama 3 bulan di Kupang, berkesempatan untuk menghadiri acara pernikahan Agus dan istri.
Tri, abang saya yang bekerja di Bank BTN cabang Tanjung Karang, Bandar Lampung, ternyata saat itu juga mengambil cuti panjang.
Usai acara pernikahan, Bang Rangga mengusulkan untuk “menculik” Agus dan memberinya hadiah berupa sebuah petualangan yang akan berlangsung di Lembah Harau.
Gandha (adik Rangga) yang juga hadir saat itu dengan semangat menggebu ingin langsung mengeksekusi rencana abangnya.
Saya dan Bang Tri manut – manut saja dengan rencana dari Bang Rangga.
Menuju Kampung Harau
Dengan menaiki mobil yang diberi nama Jeng Livi, yang jumlahnya terbatas hanya 150 unit se Indonesia itu, kami menuju Lembah Harau atau tepatnya Jorong Padang Rukam yang lokasinya berjauhan dengan spot wisata Harau.
Ternyata Bang Rangga mengajak kami ke Air Terjun Sarasah Murai yang ada di Kampung Harau. Sebelumnya pada Desember 2015, saya pernah menjejakan kaki disini tanpa mengetahui kalau di atas air terjun ini masih ada air terjun lagi.
Bagi Bang Rangga, ini adalah kali ketiga kalinya ia mengeksplore air terjun tujuh tingkat ini. Dari pengalamannya tersebut, ia sudah siap dengan perlengkapan yang membantu untuk trekking seperti tali webbing.
Dahulu, sebelum Jelajah Sumbar bertransformasi menjadi Tour and Travel, ia adalah pengeksplore hutan atau rimba di Sumatera Barat. Dia paling suka kalau dalam penjelajahannya di hutan bisa menemukan air terjun yang tersembunyi. Motif hidupnya kala itu ialah “masuak rimbo kalua rimbo”. Kini telah berubah menjadi “masuak pitiah pitiah masuak”
Menggapai Air Terjun Tujuh Tingkat
Tepat di depan pintu rimba, kami menghaturkan do’a kepada Allah agar diberikan keselamatan dalam petualangan ini.
Hanya berjarak 100 meter dari pintu rimba, kami sudah bersua dengan Air Terjun Sarasai Murai. Setelah mengambil foto, kami lanjutkan lagi ke air terjun tingkat berikutnya. Jalurnya langsung menanjak tajam namun belum begitu terjal dan dapat dengan mudah kami lalui.
Air terjun tingkat kedua pun kami gapai, bentuknya unik karena memiliki tiga undakan.
Selanjutnya air terjun tingkat ketiga. Jalur masih cukup bersahabat dan mudah dilalui. Air terjun tingkat ketiga ini memiliki dua undakan.
Setelah itu air terjun tingkat keempat yang menjadi air terjun kesukaan saya, karena memiliki dua pancuran yang menjadikannya seperti air terjun kembar. Air terjun tingkat keempat ini adalah yang paling tinggi dibanding lainnya dan paling asik dijadikan tempat untuk bermain air.
Menuju air terjun tingkat kelima, jalur menjadi ekstrim, kami harus memanjat tebing untuk mencapai kesana. Bang Rangga yang sudah berpengalaman langsung mengikat tali webbing ke salah satu batang pohon. Dengan bantuan tali webbing tersebut, kami dapat melewati tebing dan bersua dengan air terjun kelima.
Singkat cerita (padahal sudah panjang banget ceritanya) kami tiba di air terjun tingkat ketujuh yang menjadi air terjun terakhir dalam petualangan ini. Air terjunnya kecil, tidak tinggi. Kata Bang Rangga, air dari air terjun ini boleh langsung diminum.
Kami hanya sebentar saja disini, suara guntur yang menggelegar dari balik langit membuat kami harus segera turun. Kami khawatir jika hujan deras akan turun, membuat aliran air pada air terjun ini menjadi deras dan tentu saja dapat membahayakan kami.
Perjalanan waktu turun ternyata lebih menyulitkan, namun bisa kami lewati dengan baik. Kami pun bisa menuntaskan ekspedisi ini dengan selamat dan sentosa.
Kami belum mau pulang dari sini. Jiwa muda kami masih terbakar. Masih ada satu misi lagi yang akan kami tuntaskan yaitu menelusuri Ngalau Seribu.
Comments