Sebenarnya saya agak malas untuk menuliskan cerita saat mengunjungi Air Terjun Lubuk Hitam ini, karena tidak ada foto yang bagus ditambah lagi waktu saya kesana bersama Bang Tri, kami tidak menemukan air terjunnya. Justru yang ada kami malah nyasar ke puncak air terjunnya!
Baca juga : Petualangan Mengeksplore Air Terjun Tujuh Tingkat di Lembah Harau
Tapi kalau saya gag tulisin cerita ini, website Jelajah Sumbar jadi gag update – update. Soalnya saya sudah jarang banget pulang ke Padang sejak tiket pesawat harganya naik enggak karuan.
Okelah.
Saya mulai tulisannya mulai dari informasi lokasinya terlebih dahulu.
Lokasi Air Terjun
Air Terjun Lubuk Hitam secara administratif berada di Kelurahan Teluk Kabung Utara, Kecamatan Bungus Teluk Kabung. Jaraknya sekitar 25 kilometer dari pusat Kota Padang, ancer – ancernya adalah Kantor Polsek Bungus. Dari tepi jalan, air terjun ini sudah terlihat. Di samping kantor Polsek tersebut terdapat jalan kecil yang akan membawa kita ke lokasi parkir air terjun.
Sejarah
Air Terjun Lubuk Hitam mulai dibuka untuk wisatawan sejak 1981. Kala itu ada wisatawan asing yang menjajal untuk trekking kesana. Sejak itu warga sekitar pun bergotong royong untuk membuka akses air terjun ini agar memudahkan wisatawan yang datang.
Dua tahun setelah dibuka terjadi peristiwa naas, ketika itu ada pengunjung yang meninggal akibat terseret air bah. Air terjun pun ditutup hingga dibuka kembali dua tahun kemudian.
Trekking Ke Air Terjun
Berkunjung ke Air Terjun Lubuk Hitam awalnya tidak menjadi bagian dari rencana kami. Tujuan kami ke Bungus hanyalah untuk menikmati sajian gulai kepala ikan karang di Rumah Makan Pak Malin.
Baca juga : Santap siang enak di Rumah Makan Pak Malin Bungus
Setelah santap siang yang nikmat itu, Bang Ir datang menyapa kami. Bang Ir adalah abang sepupu kami dari pihak keluarga ayah. Ia adalah menantu dari Pak Malin, pemilik rumah makan yang terkenal dengan gulai kepala ikan karangnya itu.
“pergilah kalian ke Air Terjun Lubuk Hitam, dekat dari sini, dibelakang polsek Bungus sana” kata Bang Ir
Saya senang sekali mendapatkan informasi tersebut. “bisa jadi tambahan untuk artikel, ayo kita kesana” kata saya kepada Bang Tri
Sesuai petunjuk dari Bang Ir, setelah tiba di depan Polsek Bungus, kami memasuki jalan beton dengan lebar sekitar 2 meter yang di sisi kiri dan kanannya terhampar sawah milik warga.
Di depan, terbentang bukit hijau yang pada sela – sela bukit tersebut terlihat air terjun. Itulah Air Terjun Lubuk Hitam.
Tidak ada petunjuk yang cukup jelas mengenai lokasi awal untuk trekking ke air terjun. Kami harus bertanya – tanya kepada orang yang kami temui. Setelah berkendara lebih dalam lagi dan melewati perkampungan, akhirnya kami sampai di lokasi parkir.
Setelah memarkirkan motor dan membayar parkir sebesar Rp 3 ribu kepada penjaganya. Kami mulai mengayunkan langkah untuk trekking menuju lokasi air terjun.
Kalau kata bapak penjaga parkir, air terjun bisa dicapai hanya dengan 10 menit berjalan kaki.
Benarkah?
Awal jalur trekking lansung menanjak, melewati kebun coklat milik warga sekitar. Teriknya matahari yang bersinar di Kota Padang membuat peluh langsung bercucuran. Untungnya rasa lelah ini mampu diobati dengan panorama Teluk Bungus.
Kami melanjutkan untuk terus melangkah, lagi pula riak suara sungai sudah terdengar dari kebun coklat ini. Pasti air terjunnya sudah dekat.
Namun, kami tidak melihat jelas jalur yang sebenarnya menuju ke air terjun. Waktu itu kami justru melihat jalan setapak yang terus menanjak dan kami pun memilih jalur itu.
Jalan setapak ini terus menanjak, suara air pun menghilang dari pendengaran. Bang Tri mulai resah, ia merasa jalan yang kami pilih ini salah. Tapi saya yakin bawah jalan inilah yang benar karena jalannya benar – benar jelas dan nampak sering dilalui oleh orang.
Bang Tri mengalah, kami terus berjalan, menanjak hingga Bang Tri meminta untuk berhenti lagi.
Ternyata selangkangannya lecet karena ia menggunakan celana skinny jeans. Dikeluarga kami, selera berpakaian dia emang yang paling beda. Ditambah lagi ia hanya memakai sendal jepit bowling. Benar – benar bikin tepok jidat.
Beruntung saya membawa celana pendek, Bang Tri pun membuka celana jeans ketatnya itu dan mengenakan celana pendek dari saya. Ia pun mau kembali melanjutkan perjalanan.
Tanjakan pun berakhir, kemudian jalan menurun dimana di kanan kirinya ditumbuhi oleh pepohonan pinang.
“ah sudah mau sampai nih” kata saya dengan penuh semangat
Namun, tidak ada air terjun yang kami temui. Yang ada hanyalah aliran sungai yang airnya begitu tenang. Aliran tersebut kemudian jatuh ke dalam jurang yang amat tinggi.
Alamak!
Rupanya kami sudah berada di puncak Air Terjun Lubuk Hitam.
Biarpun kami gagal menemui air terjun, tapi rasanya sayang jika tidak diabadikan foto serta cerita pengalaman ini.
Habitat Bagi Spesies Baru Ikan Tawar
Selain menawarkan keindahan alamnya, Air Terjun Lubuk Hitam adalah habitat bagi spesies baru ikan tawar dari keluarga Gobiidae.
Sejak 2012 hingga 2016 dilakukan penelitian dari Pusat Penelitian Biologi LIPI yang bekerja sama dengan Lembaga penelitian Perancis. Hasil riset tersebut menemukan salah satu jenis ikan baru yang diberi nama Schismatogobius risdawatiae. Nama Risdawati berasal dari nama dosen biologi di Sekolah Tinggi Imu Perikanan PGRI Sumatera Barat, Dra. Renny Risdawati yang ikut terlibat dalam penelitian ini.
Selengkapnya, anda bisa membaca artikel dari Mongabay disini.
Comments