Usai shalat zuhur, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju Ngalau Posuak yang berada di Jorong Taratak Batuang Nagari Padang Laweh, Kecamatan Koto VII, Kabupaten Sijunjung. Jaraknya sekitar 15 Km dari kota Muaro Sijunjung.
Butuh 30 menit perjalanan untuk ke titik awal pendakian dan sangat disarankan menggunakan kendaraan roda dua karena nantinya akan melewati jembatan gantung dengan lebar hanya 1,5 meter, praktis kendaraan jenis roda empat tidak akan bisa melewatinya.
Jika datang dari Muaro Sijunjung sangat disarankan mengisi bahan bakar terlebih dahulu karena perjalanan kesana tidak ada pom bensin yang ada hanya penjual bensin eceran yang tentunya harganya lebih mahal.
Akses jalan menuju Ngalau Posuak terbilang kurang baik karena banyak kondisi jalan yang rusak dan bergelombang sehingga membuat kami harus berhati – hati.
Akhirnya tibalah kami di pintu masuk Ngalau Posuak. Disini terdapat himbauan – himbauan yang harus dipatuhi oleh para pengunjung seperti tidak boleh trekking ketika sudah lewat jam 4 sore, tidak boleh berbuat mesum dan peraturan – peraturan lainnya yang dibuat guna menjaga keamanan dan keselamatan pengunjung.
Dari pintu masuk tadi menuju Puncak Ngalau Posuak terdapat dua jalur, Bojeng membawa kami ke jalur yang melewati sungai kecil yang sedang mengering karena kemarau, jalur ini terasa sangat lembab, di ujung sungai ini trekking yang sesungguhnya dimulai.
Kami harus menaiki tebing yang hampir 90 derajat!
Jantung saya berdetak kencang ketika melihat Alwan mulai memanjati tebing tersebut, saya khawatir dengan dia yang pertama kali menghadapi situasi seperti ini. Namun, dengan bantuan Bojeng, tebing tersebut bisa dilewatinya.
Usai tebing yang buat sport jantung itu, jalur menanjak namun bersahabat sehingga mudah dilewati.
Sebuah bukit dengan lubang di tengahnya hingga tembus ke bagian lainnya sudah terlihat, “nah itu Ngalau Posuaknya” kata Bojeng
“Ayo sedikit lagi” saya mencoba menyemangati Alwan yang nampak sudah sangat kelelahan
“Wisata apaan nih!” ujar Alwan sembari kesal
Saya kaget dengan apa yang diucapkannya barusan, rupanya Ia masih belum terbiasa dengan kegiatan trekking seperti ini. Masih wajar memang, karena hari ini memang debutnya.
Kami pun sampai di Ngalau Posuak, suasana disini begitu sejuk dengan hembusan angin yang melewati ngalau ini.
Bojeng mengeluarkan nasi bungkus yang telah Ia bawa, melihat nasi bungkus Alwan tersenyum, “oh rupanya rasa lapar yang membuat ia sedikit kesal pada trekking tadi” gumam saya dalam hati.
Kami pun makan bersama disana, rasanya enak sekali, makan disaat lelah dan lapar. Dalam waktu singkat tiga nasi bungkus itu habis tak tersisa. Usai makan kami leyeh – leyeh di dalam ngalau, saya sendiri lebih asik mengabadikan pemandangan yang ada di sisi utara dan selatan ngalau ini.
Karena sudah dirasa cukup istirahatnya kami beranjak dari ngalau menuju puncak dari bukit ini. Kami tiba dipuncak disambut oleh awan mendung yang membawa hujan gerimis namun hal itu tidak berlangsung lama karena sesaat kemunding mentari sore berwarna keemasan mulai menampakkan dirinya kembali setelah bersembunyi dibalik awan.
Pemandangan di puncak Bukit Ngalau Posuak sangat indah , pemandangannya berupa bukit barisan yang berjejer dengan gagahnya, ada bukit Tampalo dan Bukit Pasuak itu sendiri.
Jika dilihat jejeran punggung bukit – bukit ini terlihat seperti punggung naga raksasa, Bojeng sendiri mengatakan seperti Raja Ampat versi daratan. Ah, terserah imajinasi mu sajalah.
Di puncak bukit ini juga terdapat tiang bendera lengkap dengan bendera merah putih yang selalu berkibar mengikuti arah angin.
Puas mengabadikan diri disini, kami kembali turun namun melewati jalur yang berbeda. Menurut saya jalur turun ini lebih sulit karena terjal serta berupa tanah dan bebatuan kerikil yang cukup berbahaya karena risiko tergelincir sangat besar.
Dengan berhati – hati kami pun sampai kembali dengan selamat. Kami disambut oleh anak – anak kecil yang sedang asik bermain kemah – kemahan. Imajinasi mereka luar biasa, mereka membuat tenda versi mereka dari dahan – dahan pohon yang telah jatuh, mereka sandarkan dahan – dahan itu melingkari pohon pinang sehingga terciptalah ruang yang bisa mereka masuki. Ah, luar biasa anak – anak ini.
Comments