Pada liburan lebaran tahun 2015, atau 5 tahun yang lalu (saat saya menulis cerita ini). Saya bersama Bang Tri, mengunjungi Los Lambuang yang ada di Pasar Lereng. Saat menuju kesana, tepatnya di tangga pehubung antara Pasar Atas dan Pasar Lereng, saya bertemu dengan seorang nenek yang membawa nampan berisikan permen berwarna coklat kehitaman serta terigu. Tangannya sibuk mengisi permen tersebut beserta terigu ke dalam plastik berukuran kecil.
Karena bentuknya yang unik, saya membelinya dan membawanya ke hadapan ayah.
“Ini namanya gulo – gulo tareh” kata ayah
“waktu ayah kecil, permennya ya ini, dimana kamu dapat ini?” tanya ayah
“Pasar Lereng Bukittinggi” jawab saya
“Ya, sekarang memang sudah sulit dicari”
Gulo – gulo tareh yang menjadi nama bagi permen khas Minang ini berasal dari kata gulo – gulo dan tareh. Gulo – gulo merupakan bahasa Minang untuk menyebut permen, sedangkan tareh itu artinya keras. Jadi kalau diartikan gulo – gulo tareh adalah permen yang keras. Saking kerasnya, jika belum lumer dalam mulut, akan membuat gigi terasa sakit saat mengunyahnya.
Baca juga : Hilangkan Dahaga mu Dengan Segelas Ubek Tawa, Minuman Sehat dari Bukittinggi
Agar tidak melekat dalam mulut, maka diberilah campuran tepung ubi sehingga menimbulkan rasa manis yang menyegarkan. Tepung ubi ini juga berfungsi agar permen – permen ini tidak saling melekat satu sama lain saat terkena panas matahari.
Proses membuat gulo – gulo tareh dimulai dari memasak hingga mengaduk gula merah yang berasal dari tebu. Proses ini membutuhkan waktu 6 jam. Cukup lama bukan? Prosesnya yang lama ini menjadi salah satu alasan mengapa orang enggan membuat permen tradisional ini. Selain itu peminatnya juga mulai berkurang.
Di awal Oktober 2020, saya kembali ke Pasar Lereng. Saya ingin mencari penjual permen bertepung ini. Semoga saja bisa saya temukan.
Alhamdulillah, setelah menelusuri Pasar Lereng saya berhasil menemukan penjualnya. Saya pun membelinya dua bungkus. Tiap bungkus harganya Rp 5.000.
“gulo – gulo iko lah payah mancarinyo, jarang urang nan nio mangelehnyo (permen ini sudah susah mencarinya, jarang orang yang mau menjualnya)” kata penjual itu
“gulo – gulo iko rancak buek maag” tambahnya lagi
Apa? Bagus untuk maag? Mungkin karena dia gula murni jadi kalorinya tinggi, bisa membuat perasaan kenyang sesaat setelah memakannya. Pikir saya dalam hati.
Saya tidak dapat mengorek informasi lebih dalam mengenai si kecil manis khas Minang ini sebab penjualnya ini tidak sekaligus sebagai pembuatnya.
“ada orangnya yang naruh kesini, dia dari Pakan Sinayan” katanya
Tak mengapa, yang penting saya sudah mendapatkan apa yang saya cari. Pastinya istri saya akan suka dengan permen khas Minang ini.
Comments