Sore menjelang, saat orang – orang yang bekerja di perkantoran maupun di pasar mulai pulang ke rumahnya masing – masing. Saat itulah Bang Dendy mulai menggelar lapak bersama ayahnya tepat di bawah Janjang Ampek Puluah. Mereka adalah salah satu penjual Aia Aka di Bukittinggi. Minuman tradisional khas Bukittinggi ini juga biasa dikenal dengan sebutan Ubek Tawa.
Saya menjumpai Bang Dendy yang saat itu baru saja selesai menggelar dagangannya. Sore itu ia hanya sendiri tanpa didampingi sang ayah.
Biasanya penjual Aia Aka atau Ubek Tawa menjual minumannya dengan menggunakan gerobak yang dihiasi dengan botol – botol berisi air berwarna hijau.
Namun lain halnya dengan Bang Dendy yang lebih menggunakan mobil bak terbuka untuk berjualan Aia Aka.
Begitu selesai membuka lapaknya, Bang Dendy langsung kedatangan para pelanggannya. Tak pernah putus, selalu saja ada yang datang, baik membelinya untuk dibungkus atau minum di tempat.
Oh iya, di awal tulisan ini saya menyebut Aia Aka. Mungkin bagi orang Sumbar, mereka telah mengetahui apa itu Aia Aka.
Aia Aka adalah hasil perasan daun cincau yang sudah mengental. Sari pati dari perasan tersebut dipercaya memiliki khasiat bagi Kesehatan salah satunya adalah dapat mengobati panas dalam. Selain itu ia dipercaya juga dapat memperlancar pencernaan dan bermanfaat untuk kesehatan jantung.
Jadi pas banget nih, kebetulan pada saat itu saya sedang mengalami sakit panas dalam akibat kurangnya daya tahan tubuh di tengah kondisi cuaca Bukittinggi yang lagi labil. Kadang hujan, kadang panas.
Untunglah saya datang ke lapak Ubek Tawa Mak Kuto ini waktu baru saja dibuka. Sebab kalau di malam hari, suasananya ramai banget.
“Bang, satu ya. Buat yang panas dalam?” pesan saya kepada Bang Dendy
Dalam sekejap ia langsung membuat pesanan saya. Ia mengambil gelas kosong lalu mengisinya dengan cincau, kemudian menuangkan perasan air jeruk dan air berwarna hijau yang berasal dari perasan daun kacang tujuh helai (Phaseolus lunatus). Terakhir ia menuangkan campuran air dan gula aren untuk menciptakan rasa manis.
Baca juga : Segelas Kehangatan Kopi Tatungkuik di Malalak
Segelas Aia Aka ini harganya hanya Rp 5 ribu aja. Bagaimana rasanya? Segar banget! Ada sensasi sepat – sepat di lidah, masam dari jeruk nipis dan manis dari gula aren.
Buat kamu yang tidak menyukai rasa asam, kamu bisa menggantinya dengan santan kelapa. Jadi Aia Aka yang kamu nikmati rasanya gurih dan manis.
Di lapak Ubek Tawa Mak Kuto ini juga menyediakan tambahan lainnya untuk aia aka selain santan dan jeruk nipis yaitu telur ayam, telur itik dan potongan buah papaya.
Setelah aia aka pesanan saya tandas. Saya menyempatkan diri untuk ngobrol santai dengan Bang Dendy di sela – sela kesibukannya. Duh jadi ngeganggu dong saya ini?
Nama Mak Kuto yang digunakan sebagai nama lapaknya berasal dari nama sang ayah, Iga Sutan Mangkuto.
Ayahnya telah menjual Aia Aka sejak tahun 1990-an yang mengambil tempat di bawah janjang ampek puluah.
“Dari dulu berjualan disini, tidak pernah pindah ke tempat lain” kata Bang Dendy
“kalau cari di google Ubek Tawa Bukittinggi, pasti ketemunya tempat ini” katanya lagi dengan bangga
Bang Dendy mengaku sebelum ada pandemi, Ubek Tawa Mak Kuto mampu menjual aia aka sebanyak 6 tong. Namun sejak adanya pandemi, paling banyak hanya 2 tong saja.
“kalau cuaca mode iko (kadang cerah kadang mendung), biasonyo labiah laku”
Bang Dendy juga bercerita bahwa tahun 2018 silam dalam ajang Anugerah Pesona Indonesia, Aia Aka menjadi salah satu nominator kategori minuman tradisional menggeser Kopi Kawa Daun yang sebelumnya juga diusulkan oleh Kabupaten Tanah Datar.
Baca juga : Teh Telur Lima Tingkat Nikmat Dari Indarung
Namun sayangnya ia tidak menjadi pemenangnya karena kalah suara dengan Air Mata Pengantin dari Kabupaten Indragiri Hulu, meski begitu sampai kapan pun Aia Aka Mak Kuto ini akan selalu menjadi pemenang bagi para pelanggannya.
Lokasi Ubek Tawa Mak Kuto Bukittinggi klik disini
Comments