Jam Gadang di Bukittinggi, siapa yang tak kenal dengan obyek wisata yang satu ini? Hampir semua wisatawan yang ke Bukittinggi mewajibkan dirinya untuk mengunjunginya. Katanya gag afdhol jalan – jalan ke Bukittinggi tanpa berfoto dengan latar Jam Gadang.
Jam Gadang merupakan titik nol Kota Bukittinggi. Lokasinya tepat berada di depan Pasar Ateh atau Pasar Atas.
Jam dengan bentuk menara ini merupakan situs cagar budaya yang sarat akan sejarah. Dimulai dari saat ia didirikan hingga negara ini mendapatkan kemerdekaannya. Masing – masing waktu memiliki ceritanya.
Bangunan ini didirikan atas inisiatif Countroller Rookmaker, merupakan hadiah dari Ratu Wilhelmina, Ratu Kerajaan Belanda.
Luas dasar bangunan ini adalah 13 x 4 meter dan berbentuk empat sisi yang simetris sehingga jam ini bisa dilihat dari empat arah. Puncak Jam Gadang memiliki bentuk berupa empat gonjong, menyerupai puncak khas rumah tradisional di Minangkabau.
Kembaran Big Ben
Kalau ada yang mengatakan Jam ini adalah kembaran dari Big Ben, itu bukan hoax lho!
Alasannya?
Mesin penggerakan yang digunakan Jam Gadang sama dengan yang digunakan pada Big Ben di London, Inggris. Mesin yang bernama Brixlion ialah mesin penggerak manual yang dibuat oleh Bernard Vortman, seorang bangsawan Amerika Serikat.
Brixlion ini hanya ada dua di dunia yaitu yang digunakan di Big Ben London dan Jam Gadang Bukittinggi.
Pada bagian lonceng jam besar ini tertera nama pabrik pembuat mesin tersebut, yaitu Vortmann Relinghausen. Vortman diambil dari nama pembuat mesin Brixlion, sedangkan Relinghausen adalah nama salah satu kota di Jerman yang menjadi tempat diproduksi mesin jam ini.
Diameter
Menara jam yang berdiri gagah tepat di pusat kota Bukittinggi ini memiliki diameter 80 cm. Masih ingat rumus luas dan keliling lingkaran? Coba kalau masih ingat, berapakah luas dan keliling daripada Jam Gadang?
Angka 4 yang Unik
Angka yang tertera pada jam ini menggunakan angka Romawi. Uniknya pada angka 4 yang tertera ialah IIII bukan IV.
Arsitek
Siapa yang merancang Menara jam ini? Ia adalah Yazid Abidin yang berasal dari Koto Gadang, Bukittinggi.
Sedangkan untuk pelaksana pembangunannya adalah Haji Moran dengan mandornya Sutan Gigi Ameh, keduanya berasal dari Aua Biruga, Bukittinggi.
Bahan Bangunan
Keunikan lainnya dari ikon wisata Bukittinggi ini ialah bahan bangunannya. Menara jam ini tidak menggunakan semen dan besi melainkan campuran antara kapur, pasir putih dan putih telur.
Hebatnya tetap kuat walaupun berkali – kali diguncang gempa besar.
Sejarah Puncak Jam Gadang
Atap pada jam besar ini telah mengalami perubahan sebanyak tiga kali. Pertama pada masa penjajahan Belanda, puncak jam tersebut berbentuk kubah dengan ayam jantan diatasnya yang menghadap ke timur.
Kedua pada masa penjajahan Jepang, bentuk atap bergaya bangunan tradisional Jepang, seperti atap daripada klenteng.
Dan terakhir setelah Indonesia merdeka, puncak pada jam diganti dengan gonjong, atap yang runcing ciri khas rumah adat di Ranah Minang.
Jadi, sekarang kamu sudah semakin kenal dengan Jam Gadang kan?
Kapan nih ke Bukittinggi dan berfoto dengannya?
Destinasi wisata Bukittinggi lainnya Taman Panorama Ngarai Sianok
Comments