Dulu, dulu sekali tepatnya waktu saya masih duduk di bangku kuliah. Saya senang sekali mengikuti acara – acara yang berisikan motivasi. Sebagai mahasiswa dengan ekonomi pas – pasan membuat saya harus terus memompa semangat untuk mengubah hidup lebih baik lagi.
Motivator yang mengisi acara tersebut memberi kami pekerjaan rumah yaitu menulis 100 keinginan yang ingin dicapai. Banyak peserta yang mengabaikan perintah ini, tapi tidak dengan saya. Saya dengan senang hati menulis 100 keinginan saya, dan setelah selesai kertas tersebut saya tempel di dinding kamar.
Baca juga : Dipeluk Dingin Gunung Seorak
Dari 100 hal yang saya tulis dua diantaranya ialah Pergi keluar negeri dan naik pesawat Garuda Indonesia. Simple banget ya! Soalnya bagi saya waktu itu kedua hal tersebut merupakan hal yang rasanya sulit untuk diwujudkan. Namun, 4 tahun kemudian kedua impian tersebut akhirnya terwujud. Ya! Saya mendapatkan kesempatan ke Korea Selatan dan pergi kesana dengan Garuda Indonesia.
Dan, pengalaman naik Garuda Indonesia dari Jakarta ke Seoul inilah yang ingin saya ceritakan. (Panjang banget pembukaannya)
Korea Selatan, sebuah negara dengan luas 100,210 Km2 di Semenanjung Korea ini kini telah menjadi destinasi impian bagi banyak orang, terutama bagi mereka yang berasal dari negara yang terjangkiti “virus” K-Wave.
23 Maret 2017. Bagi saya ini adalah tanggal bersejarah, hari dimana saya akhirnya bisa keluar negeri, terlebih lagi pada perjalanan ini saya tidak mengeluarkan uang sepeser pun. Perjalanan ke Korea Selatan ini ialah hadiah dari Detik Travel kepada saya yang terpilih sebagai D’traveler of the year 2016. Hadiahnya gag tanggung – tanggung karena saya berhak membawa pasangan!
Kami tidak sendiri kesana melainkan bersama peserta tour Korea Delight Antavaya berjumlah sekitar 20 orang.
Penerbangan menuju Seoul menggunakan Pesawat Garuda Indonesia nomor penerbangan GA 878 yang siap berangkat dari Bandara Soekarno Hatta pada pukul 23.25 WIB.
Pesawat yang digunakan pada penerbangan ini ialah Airbus A330 – 300. Ini bukanlah pertama kalinya saya naik pesawat jenis ini. Pengalaman sebelumnya ialah waktu naik Lion Air dari Padang menuju Jakarta, mungkin saking banyaknya orang Padang yang mau ke Jakarta waktu itu sampai pihak Lion Air menggunakan pesawat besar ini.
Setelah melewati proses imigrasi, kami menunggu di boarding room. Sekitar 30 menit kemudian, kami diperkenankan untuk masuk kedalam pesawat. Memasuki badan pesawat, pramugari berwajah manis telah siap untuk menyapa dan menanyakan nomor kursi tiap penumpang.
“silahkan lurus lalu belok kanan ya, pak” kata pramugari kepada kami. Saya dan istri mendapatkan kursi di baris H – J atau pada bagian kanan pesawat. Pas banget nih, serasa selama 7 jam penerbangan pesawat ini milik kami berdua.
Pada kursi yang akan ditempati telah tersedia selimut dan sebuah kantung kecil yang berisikan ear plug, penutup mata dan kaos kaki. Pihak Garuda Indonesia memang benar – benar memanjakan konsumennya.
Pesawat pun terbang tepat pada waktunya, beberapa menit kemudian pramugari datang ke kami memberikan snack berupa air mineral dan pastry berisikan daging ayam. Pastry ini meskipun kecil tapi cukup mengenyangkan karena memiliki 1000 kalori per kemasannya.
Setelah snack ada juga pemberian minuman beralkohol tapi kami mengabaikannya.
Beberapa jam setelahnya, lampu dalam kabin mulai dipadamkan, saatnya beristirahat. Padahal ketika itu saya sedang asik menikmati film Batman vs Superman dilayar depan kursi.
“bang.. bang.. bangun, itu lihat Indah banget” kata istri saya
Saya terbangun dan melihat ke arah jendela, terlihat garis ufuk berwarna keemasan yang kontras dengan warna langit. “Wah, sebentar lagi matahari terbit nih” kata saya
“beruntung banget kita dapat kursi ini yang” istri saya tersenyum
Pramugari kembali mendorong trolley berisikan sarapan pagi, terdapat dua pilihan yaitu menu western dan Asia. Kalau ada pilihan seperti ini biasanya saya dan istri akan memilih menu yang berbeda agar kami bisa saling merasakan. Romantis ya. Uhuk uhuk.
Menu western pagi itu berupa omelet, tomat yang sedikit dipanggang, buncis, kentang dan sosis. Sedangkan untuk menu asia-nya ialah nasi goreng, suwir – suwir telur dan ayam bakar bercita rasa sate. Untuk makanan penutupnya ada potongan buah nanas, semangka dan pepaya serta yoghurt.
Langit mulai terang, dan kami telah terbang selama hampir 7 jam, dibalik kemudi pilot menyampaikan bahwa sesaat lagi kami akan mendarat di Bandara Internasional Incheon, Seoul. Terdapat perbedaan waktu antara Seoul dan Jakarta yang mana waktu di Seoul 2 jam lebih awal dari Jakarta. Dan pengumuman yang paling saya ingat ialah “suhu udara saat ini 4 derajat celcius!” Ya, kedatangan kami ke Korea ialah pada saat Musim Semi dimana suhu udara di Korea dikategorikan dingin terlebih bagi orang yang biasa hidup di wilayah tropis. Semoga jaket merek lokal yang saya kenakan ini mampu menahan dinginya Korea.
Akhirnya kami mendarat di Bandara Internasional Incheon, tak sabar kaki ini ingin segera membuat jejak di negaranya Lee Min Ho. Setelah pesawat berhenti dengan sempurna, kami dipersilahkan keluar melalui fasilitas garbarata. Hello Korea! Saya datang
Baca juga : Sejenak di Bandara Internasional Incheon
Comments