Selain Padang, bisa dikatakan kota yang paling dikenal di Sumatera Barat di mata wisatawan adalah Bukittinggi. Posisi Kota Bukittinggi sebagai persinggahan perjalanan dari Medan dan Pekanbaru menuju Padang atau sebaliknya berperan besar dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisata.
Lebih dari 400 ribu wisatawan berkunjung ke kota ini. Alasannya, selain memiliki posisi yang strategis dan memiliki hawa yang sejuk tentunya karena Kota Bukittinggi memiliki banyak obyek wisata yang bisa dikunjungi.
Oh ya, selain tentang wisata, banyak fakta menarik yang ada di Kota Bukittinggi lho. Apa saja?
- Pernah Menjadi Ibu kota Indonesia Pada Masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia
Pada tanggal 19 – 20 Desember 1948, Belanda melakukan Agresi Militer Kedua. Pada Agresi Militer Belanda yang kedua ini, pihak Belanda menangkap Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahri dan beberapa tokoh penting lainnya.
Akibat Agresi Militer ini, Jogjakarta yang kala itu menjadi ibu kota Negara jatuh ke tangan Belanda.
Sebelum ditawan, Soekarno bersama Wakil Presiden Hatta, J.Leimena, dan Laksmana Soerjadi Soerjadarman melakukan rapat di istana. Hasil rapat tersebut ialah rencana membentuk pemerintahan sementara Republik dipindahkan ke Sumatera. Segera, sebuah telegram dikirimkan kepada Syafruddin untuk membentuk pemerintah darurat di Sumatera.
Syafruddin tidak pernah menerima telegram tersebut, namun pada 22 Desember 1948 sejumlah tokoh Republik di Sumatera Barat berkumpul di Halaban. Lalu tercetuslah Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI).
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia ini tidak berlangsung lama, usai Kabinet Hatta meneken perjanjian Roem – Roijen maka berakhirlah pemerintahan sementara ini pada 13 Juli 1949.
- Punya Jam Gadang yang Disebut Sebagai Kembaran Big Ben
Warga Bukittinggi boleh bangga karena memiliki ikon kota yang sangat terkenal di mata wisatawan yaitu Jam Gadang. Banyak yang bilang “belum ke Sumbar kalau belum berfoto dengan latar Jam Gadang”
Jam Gadang sering kali disebut sebagai kembaran Big Ben di London. Mengapa? Ternyata mesin jam yang digunakan pada Jam gadang sama persis seperti mesin jam Big Ben London. Mesin jam ini dibuat oleh perusahaan jam dari Jerman yaitu Vortmann Relinghausen dan uniknya mesin jam tersebut hanya ada dua unit di dunia. Inilah mengapa Jam Gadang dan Big Ben disebut kembar.
- Oleh Belanda diberi nama Taddsgemente Fort de Kock
Pada awal dibangun, Belanda memberi nama Fort de Kock untuk kota berhawa sejuk ini. Fort de Kock adalah sebuah benteng di puncak bukit yang dibangun pada 1826 untuk menggempur Kaum Padri.
Nama de Kock sendiri diambil dari nama seorang perwira Belanda yang pernah menjabat sebagai gubernur jenderal Hindia Belanda yakni Hendrik Merkus de Kock.
Seiring berjalannya waktu kekuasaan pemerintah kolonial Belanda semakin menguat, benteng ini pun merekah menjadi kota administratif.
- Kota Berhawa Sejuk
Secara geografis, Bukittinggi berada di ketinggian 909 – 941 mdpl, menjadikan kota kelahiran Bung Hatta ini memiliki hawa yang sejuk. Rata – rata suhu udara di Bukittinggi sekitar 16,1 – 24,9 derajat Celsius.
- Kota Terbesar Kedua di Sumbar Namun Terkecil Keempat di Indonesia
Bukittinggi merupakan kota terbesar kedua di Provinsi Sumatera Barat setelah Kota Padang. Secara de jure Bukittinggi memiliki luas wilayah sebesar 145,29 km2, namun secara de facto Bukittinggi hanya memiliki luas 25,24 km2 karena sebagian masyarakat Kabupaten Agam menolak perluasan wilayah tersebut.
Karena hal ini, menempatkan Bukittinggi menjadi kota terkecil urutan keempat se-Indonesia setelah kota Padang Panjang yang hanya memiliki luas 23 km2
- Menjadi Kota Wisata Sejak Tahun 1984
Dulu, dulu sekali. Sebelum dicanangkan sebagai Kota Wisata, sektor pariwisata telah menjadi sumber ekonomi masyarakat Bukittinggi. Namun sayangnya, upaya pengembangan wisata sebagai ikon kota pada saat itu belum maksimal. Terjadi beberapa hambatan misalnya kekhawatiran masyarakat jika ada orang asing berkunjung dapat merusak agama dan tatanan nilai.
Kemudian saat itu Pemerintah memaksimalkan sosialisasi untuk mengubah pola pikir masyarakat tentang wisatawan. Upaya tersebut membuahkan hasil, Bukittinggi pun kemudian dicanangkan sebagai Kota Wisata pada 11 Maret 1984.
Usai dicanangkan sebagai Kota Wisata perubahan terjadi di Bukittingi dan berlangsung hingga saat ini. Euforia masyarakat yang merasakan manfaat dari pariwisata menumbuhkan industri kreatif di berbagai bidang, seperti seni, pertunjukan, kerajinan, dan kuliner.
- Surga Bagi Pecinta Kuliner
Bukittinggi adalah surga bagi pecinta kuliner. Disini bukan perkara yang susah untuk urusan memanjakan lidah dan perut. Kemana pun kaki anda melangkah maka akan anda temui rumah makan dan semuanya berlomba menjual cita rasa karena memang cuma itu yang penting disini.
Di Pasar Atas bisa anda temui Sate Padang namun agak berbeda ditempat lain, daging dibaluri kelapa sehingga menciptakan wangi yang sedap saat dibakar. Ada juga Soto Padang, Ampiang Dadiah, Es Tebak dan lain – lain.
Kalau mau makanan yang lebih berat, anda bisa turun ke Pasar Lereng, disana anda akan menjumpai Los Lambuang yang menjajakan Nasi Kapau lengkap dengan lauknya yang mengugah selera.
Menuju Bukittinggi
Bukittinggi, Kota Utama di Dataran Tinggi Sumatera Barat, memiliki jarak sekitar 100 Kilometer dari Bandara Internasional Minangkabau, Padang. Setibanya anda di bandara, anda dapat dengan mudah menemukan mobil travel tujuan Bukittinggi, Ongkosnya Rp 45.000 per orang. Waktu tempuh menuju Bukittinggi sekitar 2 jam jika perjalanan lancar tanpa macet.
Penginapan di Bukittinggi
Sebagai Kota Wisata maka tentunya sangat mudah bagi anda menemukan fasilitas penginapan disini. Mulai dari homestay hingga bintang 4, semuanya ada.
Homestay : Bamboosa Guest House, Hello Guest House
Bintang 3 : Campago Hotel and Resort, Royal Denai Hotel
Bintang 4 : Grand Rocky Hotel, Novotel, dan Grand Royal Denai
Comments