Obyek wisata unik berupa jembatan akar tidak hanya dimiliki Baduy, Banten, semata. Sumatera Barat pun juga memilikinya. Jembatan akar ini bernama Jembatan Akar Bayang. Jembatan akar Bayang berada di Kampung Pulut – pulut, Kecamatan IV Nagari Bayang Utara.
Untuk menuju ke lokasi cukup mudah karena terdapat plang petunjuknya. Dari kota Padang arahkan kendaraan menuju Painan, saat sampai di simpang tiga Pasar Baru belok kiri, Nah dari jalan utama simpang 3 pasar baru tadi ke Jembatan akar masih membutuhkan waktu sekitar 30 menit, menempuh perjalanan sejauh 18 Km. 3 km sebelum sampai Jembatan Akar Bayang terdapat obyek wisata Air Terjun Bayang Sani.
Tiket masuk objek wisata ini adalah Rp 5.000 dan parkir motor Rp 3.000, dari pintu masuk tempat pembelian tiket, tiap pengunjung akan menuruni anak tangga, lalu sampailah di Jembatan Akar Bayang yang unik ini.
Jembatan Akar Bayang merupakan jembatan penghubung antara Kampung Pulut – pulut (warga setempat menyebutnya Puluik – puluik) dan Kampung Lubuk Silau. Di bawah jembatan ini, terdapat Sungai Bayang yang mengalir deras dan berbatu. Terdapat sebuah mitos bahwa jika mandi tepat di bawah jembatan akar maka nantinya akan enteng jodoh dengan catatan tidak hanyut, karena kalo hanyut gimana bisa dapat jodoh?
Sesuai dengan namanya, komponen dari jembatan ini adalah jalinan akar pohon beringin yang berada di kedua sisi sungai, jembatan ini memiliki panjang sekitar 15 meter, tingginya berada 10 meter dari muka air sungai. Meski telah berusia ratusan tahun namun jembatan akar ini masih tetap kokoh, namun saat ini untuk menjaga keutuhan jembatan akar, telah dipasang sling dari kawat besi guna supaya jembatan akar ini lebih kuat dalam menahan beban yang ditopangnya.
Selama berada disana, timbul pertanyaan di benak saya terkait siapa yang menjadi arsitek Jembatan Akar Bayang ini? Saya pun mencoba mencari tahu dengan bertanya kepada warga sekitar dan didapatlah jawaban berikut ini. Jembatan akar ini dirintis oleh Fakih Sokan yang merupakan seorang ulama yang tinggal di Desa Pulut – pulut. Ide membuat jembatan akar ini dikarenakan beliau merasa kasihan kepada murid – muridnya yang tinggal di Desa Lubuk Silau yang tidak dapat pergi mengaji ke Surau yang berada di Desa Pulut – pulut ketika air sungai Bayang besar. Hal ini karena jembatan bambu yang ada sering terhanyut oleh arus sungai Bayang yang deras.
Maka Fakih Sohan berpikir untuk membuat jembatan yang tidak menggunakan tiang pancang yang ditancapkan di dasar sungai. Lalu, ditanamlah dua batang pohon beringin di kedua sisi seperti yang saat ini kita lihat sekarang. Waktu demi waktu pohon beringin yang ditanam mulai membesar, akarnya yang menjuntai ke air sedikit demi sedikit dililitkan oleh Fakih Sokan. Tak terasa akar pohon beringin tersebut telah menyatu satu sama lainnya dengan kuat dan menjadi jembatan akar yang hingga saat ini masih dipergunakan dengan baik. Menurut cerita, waktu yang dibutuhkan untuk membuat jembatan akar ini adalah 25 tahun! Sungguh pengorbanan yang luar biasa bagi seorang Fakih Sokan.
Comments