Dulu, dulu sekali atau tepatnya ketika saya masih mengeyam bangku kuliah, saya pernah menuliskan 100 impian, salah satunya adalah melihat bunga sakura bermekaran di Jepang. Namun, hingga saat ini saya belum bisa mewujudkannya. Entah bila masanya saya dapat berkunjung ke Negeri Matahari terbit itu.
Saya tak perlu berkecil hati, sebab di Indonesia tepatnya di Kebun Raya Cibodas, bunga yang memiliki warna merah muda ini ternyata juga bisa tumbuh dan mekar. Hal ini saya ketahui dari laman facebook milik Kebun Raya Cibodas yang pada minggu ke-empat bulan Februari mengunggah foto bunga – bunga sakura yang sedang bermekaran.
Dari literatur yang pernah saya baca tentang bunga sakura, mekarnya bunga nasional Jepang ini tidak bertahan lama yakni hanya sekitar 4 hari hingga satu minggu. Tak ingin kehilangan momen melihat bunga sakura secara langsung, saya pun memutuskan untuk segera menuju Kebun Raya Cibodas
Menuju Cibodas
Usai jam kerja, saya langsung beranjak menuju Terminal Kampung Rambutan di timur Jakarta. Perjalanan dari Cilandak menuju Pasar Rebo cukup menguras tenaga karena saya harus berjibaku dengan makanan sehari – hari di Jakarta yaitu kemacetan, lebih – lebih ini adalah Jum’at malam.
Butuh waktu sekitar 1 babak pertandingan sepak bola internasional untuk sampai di Terminal Kampung Rambutan.
Untuk menuju Kebun Raya Cibodas sangat mudah, cukup cari bus Marita tujuan Cianjur yang melalui jalur Puncak atau bus tujuan Garut/Tasik yang juga melalui jalur yang sama. Ongkosnya dari Terminal Kampung Rambutan sampai Cibodas hanya Rp 20.000
Lelah seharian bekerja ditambah dinginnya AC bus Marita yang saya tumpangi membuat saya terlelap, hingga ketika memasuki wilayah Ciloto saya kembali terbangun.
“ah sudah dekat” kata saya dalam hati
Tak lama kemudian kondektur bertubuh gempal yang duduk di pintu depan memanggil – manggil penumpang yang turun di Cibodas. “Cibodas, Cibodas, Cibodas” teriaknya penuh semangat meski waktu yang berlari – lari di lengan kiri saya telah berada di angka 11.
Begitu keluar dari bus berukuran ¾ itu, udara dingin langsung menyambut ditambah lagi dengan rinai yang turun tipis – tipis. “ah, inilah suasana yang saya rindukan, dingin dan gerimis” ucap saya meracau sendiri.
Dari pertigaan Cibodas saya lanjutkan lagi menuju Warung Mang Idi yang berada di Pasar Cibodas, dari pertigaan Cibodas jaraknya sekitar 4 Km. Jika siang hari menuju kesana sangatlah mudah, tinggal naik angkot berwarna kuning dan membayar ongkos sebesar Rp 3.000, tapi ini sudah larut malam, tidak ada angkot.
Yang ada hanyalah beberapa ojek pangkalan dengan mata terkantuk – kantuk yang menunggu adanya penumpang langka menuju Cibodas di malam hari seperti saya. Saya coba bertanya ongkos ke Pasar Cibodas kepada salah seorang ojek pangkalan. Jawaban darinya membuat saya tidak ada keputusan selain berjalan kaki menuju Pasar Cibodas tempat warung Mang Idi berada. Harga yang diminta Ojek Pangkalan terlalu mahal untuk jarak 4 Km, ia meminta tarif yang setara dengan harga bus Executive Jakarta – Bandung.
Dengan perlahan saya melangkah diatas aspal yang dingin dan basah ini, tiba – tiba turun hujan yang cukup deras membuat langkah saya terhenti. Saya pun berteduh di depan sebuah warung yang sudah ditutup oleh yang punya.
Perlahan hujan mereda, saya lanjutkan kembali langkah saya hingga akhirnya tiba di Warung Mang Idi jam setengah satu dini hari.
Februari bukanlah musim pendakian, karena Taman Nasional Gunung Gede Pangrango masih memberlakukan larangan pendakian hingga akhir Maret nanti. Artinya Cibodas sedang sepi dari pendaki begitu juga dengan Warung Mang Idi. Jika musim pendakian sulit sekali mendapatkan ruang untuk merebahkan badan. Kali ini Warung Mang Idi sedang sepi, hanya ada beberapa orang yang nampak sudah terlelap di sudut – sudut barak yang disediakan Mang Idi bagi pengunjung warungnya untuk beristirahat.
Usai melakukan perjalanan panjang, saya langsung mencari tempat untuk beristirahat dan saya terlelap hingga pagi hari sembari terus dibekap oleh dingin.
Taman Sakura Kebun Raya Cibodas
Pagi hari cuaca sangat cerah, Gunung Gede dan Pangrango terlihat dengan jelas. Tidak ada kabut yang menyelimuti keduanya.
Usai sarapan dan menitipkan sebagian barang di warung, saya langsung menuju ke Kebun Raya Cibodas. Entah, ini sudah yang berapa kalinya saya mengunjungi kebun raya ini. Tapi saya tidak pernah bosan – bosannya untuk terus kesini apalagi kali ini saya punya maksud yang terbilang simple, melihat sakura.
Tiket masuk Kebun Raya Cibodas masih sama seperti kedatangan saya sebelumnya yakni Rp 9.500, dari pintu masuk saya langsung menuju Taman Sakura yang lokasinya sudah saya ketahui secara persis karena memang saya sudah pernah kesana sebelumnya namun ketika itu tidak ditemukan bunga yang sedang mekar.
Taman Sakura berada di sebuah lembah yang ditengahnya dipotong oleh aliran Sungai Ciwalen, taman ini dibangun pada Maret – Desember 2007 dengan luas 6.647 meter persegi. Disini terdapat 4 jenis sakura yaitu Prunus cerasoides D. Don, Prunus arborea (Blume) Kalkman, Prunus costata (Hemsl) Kalkman, dan Prunus Sp.
Khusus jenis Prunus cerasoides bisa berbunga 2 kali dalam setahun, yaitu sekitar bulan Januari – Februari dan Juli – Agustus. Munculnya bunga sakura sangat dipengaruhi oleh hujan dan suhu udara. Keren ya, padahal katanya di tempat asalnya hanya berbunga satu kali saja dalam setahun.
Ketika saya sedang asik membidik ke dalam kamera bunga – bunga sakura, tiba – tiba datang seorang petugas yang menyapa saya. “mas, kalau mau lihat yang lebih bagus lagi, adanya di depan Kafe Kebun Raya Cibodas, orang sini nyebutnya Kavling Q2, disana bunganya lebih mekar lagi” kata petugas itu
Saya menuruti petunjuknya, dari Taman Sakura saya menuju ke lokasi yang dimaksud.
Pohon Sakura Tertua di Kebun Raya Cibodas
Benar saja kata petugas tadi, tepat di depan kafe Kebun Raya Cibodas nampak sebuah batang pohon berukuran besar yang sudah rontok daunnya namun pada batang – batangnya bermunculan bunga yang kebanyakan sudah mekar secara penuh.
Dari kejauhan, pohon ini seperti sebatang gulali rambut puteri berwarna merah muda di tengah warna hijau rerumputan dan pohon – pohon tua koleksi Kebun Raya Cibodas.
Ternyata, pohon sakura yang ada di depan kafe KRC ini merupakan pohon sakura yang pertama kali ada di Kebun Raya Cibodas. Pohon ini ditanam pada masa penjajahan Belanda pada tahun 1938, ditanam oleh seorang peneliti asal Belanda. Pohon tersebut sudah tua sekali sehingga matang untuk berbunga.
Pohon Sakura di Depan Rumah Kaca
Masih ada satu tempat lagi dimana pohon sakura berada yaitu tepat di depan rumah kaca, ukuran pohonnya memang tidak begitu besar dibandingkan yang ada di depan kafe KRC namun bunga – bunga yang ada di pohon ini juga sudah bermekaran sehingga terlihat sangat cantik.
Posisi batangnya yang rendah membuat saya lebih mudah untuk memotret bunga – bunga yang ada di pohon ini.
Biaya yang Dihabiskan Untuk Melihat Sakura di Kebun Raya Cibodas
- Ongkos bus Marita Terminal Kampung Rambutan – Cibodas = Rp 20.000
- Menginap di barak Warung Mang Idi = Rp 3.000
- Sarapan pagi = Rp 12.000
- Tiket Masuk Kebun Raya Cibodas = Rp 9.500
- Makan Siang = Rp 15.000
- Ongkos angkot Pasar Cibodas – Pertigaan Cibodas = Rp 3.000
- Ongkos bus Marita Cibodas – Terminal Kampung Rambutan = Rp 20.000
- Tarif parkir inap sepeda motor = Rp 10.000
Jadi total uang yang saya habiskan untuk perjalanan ini adalah Rp 92.500
Comments