Semarang, ibukota Provinsi Jawa Tengah, kota terbesar kelima di Indonesia. Kedatangan saya ke kota ini bisa dikatakan sudah tidak terhitung lagi. Namun, saya belum pernah mengenalinya dari dekat. Karena Kota Lumpia ini hanya sebagai tempat persinggahan saja sebelum saya kembali melanjutkan perjalanan.
Di minggu kedua Januari 2017, saya kembali menyambangi Semarang dan kali ini saya akan benar – benar menikmati kota yang dulu bernama Pragota ini.
Tujuan saya ke Semarang adalah untuk mengikuti Travel Journalism Class yang diadakan oleh Phinemo dan berlangsung di Impala Space yang menempati lantai 2 gedung Spiegel, Kawasan Kota Lama Semarang.
Menuju Semarang
Banyak pilihan transportasi untuk menuju Semarang, saya sendiri lebih memilih untuk naik kereta ekonomi Tawang Jaya yang berangkat tiap Jam 11 malam dari Pasar Senen dan tujuh jam kemudian tiba di Stasiun Semarang Poncol.
Ongkos Kereta Tawang Jaya saat ini adalah Rp 120.000 dan ini adalah pilihan termurah menuju Semarang dari Kota Jakarta.
Menjelajahi Kawasan Kota Lama Semarang
Sama seperti halnya Jakarta atau Kota Sawahlunto di Sumatera Barat, Kota Semarang juga memiliki kawasan kota lama yang hingga saat ini masih banyak berdiri dengan kokoh berbagai gedung peninggalan Belanda.
Beberapa gedung tua di Kawasan Kota Lama Semarang terlihat sangat menarik untuk dikunjungi atau sekedar dijadikan sebagai latar pengambilan sebuah foto, diantaranya adalah
Gedung Spiegel, dulunya gedung ini bernama N.V Winkel Maatschappij H. Spiegel, sebuah toko serba ada yang menjual aneka barang model terbaru. Gedung ini sempat terbengkalai, hingga akhirnya ada yang peduli untuk memugar dan merenovasi sehingga terlihat cantik kembali seperti pada masa kejayaannya. Kini gedung yang berada di Jalan Suprapto ini menjadi sebuah Bar & Bistro yang cukup ramai dikunjungi.
Gedung Marba, saya melihat gedung ini pertama kali dari roof top Gedung Spiegel. Marba adalah singkatan dari pemilik gedung tersebut yaitu Martha Bajdunet. Dulu, dulu sekali gedung ini digunakan sebagai kantor ekpedisi. Meski tidak secemerlang Spiegel, Gedung Marba yang memiliki tembok batu bata merah tetap menjadi salah satu favorit bagi anak muda untuk dijadikan latar foto.
Gereja Blenduk, sebenarnya nama gereja ini ialah Gereja Immanuel. Hingga saat ini masih digunakan sebagai tempat peribadatan umat Kristen Protestan. Gereja ini merupakan gereja Kristen tertua di Jawa Tengah, dibangun oleh masyarakat Belanda pada tahun 1753.
Gedung Jiwasraya, gedung ini lokasinya persis di depan Gereja Blenduk. Dulunya gedung ini digunakan sebagai kantor Nederlandsch Indische Leven Sverzeking De Lifrente Maatschappij (NIILMI). Gedung ini dirancang oleh Thomas Karsten pada tahun 1916. Gedung ini juga pernah dijadikan sebagai kantor Balaikota Semarang pada masanya.
Sebenarnya masih banyak lagi gedung peninggalan Belanda di Kawasan Kota Lama Semarang, namun dari sepengamatan saya keempat gedung itulah yang menjadi lokasi paling banyak digunakan para pelancong untuk mengambil foto.
Selain gedung – gedung tua, Kawasan Kota Lama Semarang juga punya beberapa taman salah satunya adalah Taman Srigunting. Taman ini bersebelahan dengan Gereja Blenduk dan sering digunakan sebagai tempat berkumpulnya berbagai komunitas di Semarang.
Taman ini terlihat bersih dan asri dengan pepohonan rindang di sekelilingnya. Disini terutama di sore hari banyak sekali orang yang berkunjung. Umumnya mereka datang untuk menikmati suasana sore sembari berfoto dengan latar Gereja Blenduk.
Atau ada juga yang bergaya ala noni atau meener Belanda dengan sepeda onthel, disini ada beberapa orang yang menyediakan hal tersebut. Biayanya sukarela saja.
Waktu kunjungan terbaik ke Kota Lama Semarang ialah sore hari, sebab cahaya matahari yang berwarna keemasan membuat kawasan ini menjadi semakin cantik. Selain itu jika datang pada sore hari tentunya kita gag perlu panas – panasan.
Selesai menjelajahi Kawasan Kota Lama Semarang, jangan berpuas hati dulu. Masih ada bangunan bersejarah lainnya di Semarang yang sangat menarik dan hebatnya lagi waktu terbaik untuk mengunjunginya adalah malam hari. Bangunan yang dimaksud adalah Lawang Sewu.
Lawang Sewu awalnya didirikan sebagai Het Hoofdkantor van de Nederlansch Spoorweg Maatschappij (NIS) oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Pembangunan gedung utama NIS dimulai 27 Februari 1904 dan selesai Juli 1907.
Disebut Lawang Sewu karena gedung ini memiliki pintu dan jendela besar dalam jumlah banyak. Tiket masuk ke Lawang Sewu hanya Rp 10.000 saja. Di malam hari gedung ini terlihat sangat cantik dihiasi dengan cahaya lampu berwarna kekuningan.
Memasuki Lawang Sewu kita akan mendapatkan pengetahuan mengenai sejarah perkeretaapian di Indonesia. Hal ini mengingatkan saya ketika mengunjungi Museum Kereta Api Sawahlunto dimana saya juga mendapatkan informasi yang hampir sama. Namun tentunya informasi di Lawang Sewu lebih lengkap.
Where to Stay? Sebagai kota besar tentunya sangat mudah sekali menemukan penginapan di Kota Semarang. Harganya pun bervariasi tergantung pada fasilitas yang kita inginkan.
Sebagai saran pilihlah hotel yang berada dekat dengan Simpang Lima atau Lawang Sewu karena kemudahan aksesnya serta dekat dengan berbagai obyek wisata khas Kota Semarang.
Penutup, Kota Semarang sangat cocok sekali bagi mereka pecinta City Tour. Akses yang mudah, transportasi publik yang memadai, jalur pedestrian yang ramah bagi pejalan serta kuliner yang lezat membuat kota ini layak untuk dikunjungi kemudian dirindukan.
Comments