Hari ketiga di Belitung, kami berharap mentari mau keluar dari persembunyiannya setelah sehari sebelumnya dari tengah hari hingga kami kembali ke hotel selalu diguyur hujan. Nampaknya harapan kami terkabul karena pagi itu langit terlihat biru, awan – awan nampak putih dan tentunya mentari yang kembali bersinar terik.
Di hari yang ketiga ini kami mendapatkan tambahan personil, mereka adalah sepasang ibu dan anak, Ibu Nelly dan Asri. Makin ramai tentunya makin seru perjalanan ini.
Menuju Pantai Tanjung Kelayang
Usai sarapan pagi dengan soto Belitung dan nasi uduk, kami memulai perjalanan menuju Pantai Tanjung Kelayang yang merupakan starting point untuk island hopping. Dari Hotel Hanggar 21, Pantai Tanjung Kelayang berjarak sekitar 38 Km yang kami tempuh selama 50 menit.
Di tengah perjalanan sempat agak khawatir karena terlihat awan hitam menggupal dan tiba – tiba hujan! Tapi syukurlah hujan yang terjadi sifatnya lokal dan tidak menyeluruh karena tiba di Pantai Tanjung Kelayang cuacanya cerah banget.
Pagi itu suasana Pantai Tanjung Kelayang sangat ramai karena sedang ada acara Festival Belitung 2016. Pemerintah Belitung memang sedang giat – giatnya menggalakan potensi pariwisata yang dimilikinya. Festival semakin meriah, di langit sekitar Tanjung Kelayang terlihat atraksi paragliding yang membawa pesan untuk mengunjungi Belitung AYO KE BELITUNG!
Mulai Eksplore ke Pulau
Pak Fuji, pemilik kapal yang akan kami tumpangi sudah siap menyambut kami di warung yang dijaga oleh ibu mertuanya. Di warung ini kami telah dipersiapkan perlengkapan untuk snorkeling serta jaket pelampung untuk keselamatan saat kapal berlayar.
Dari Pantai Tanjung Kelayang kami mulai ke Pulau Garuda yaitu sebuah pulau yang terdiri dari tumpukan batu granit yang berbentuk seperti burung Garuda, oleh karena itu pulau tersebut dinamakan Pulau Burung atau Pulau Garuda. Di pulau ini kapal tidak merapat, kami hanya mengambil foto dari atas kapal.
Biasanya dari Pulau Garuda, wisatawan akan dibawa menuju Pulau Pasir namun ketika itu air laut sedang pasang sehingga menenggelamkan pulau yang hanya berupa pasir putih halus serta bintang – bintang laut merah berukuran besar yang bermukim di sekitar pulau pasir itu.
Naik Mercusuar di Pulau Lengkuas dan Snorkeling di Sekitarnya
Karena tidak mendapatkan Pulau Pasir seperti biasanya, kami langsung menuju Pulau Lengkuas yang merupakan sang primadona dibanding pulau – pulau lainnya.
Tiba di Pulau Lengkuas, yang pertama kami lakukan bermain di sekitar tumpukan batu – batu granit yang terlihat eksotis. Pasangnya air laut membuat kami tidak berlama – lama disini. Selanjutnya kami hendak menjalankan kewajiban ketika berkunjung ke pulau yang memiliki nama asli Long House ini yaitu menaiki mercusuar.
Untuk masuk dan naik ke pucuk mercusuar tiap pengunjung diharuskan membayar Rp 5.000 kepada petugas yang berjaga. Untuk sampai ke puncak mercusuar yang memiliki ketinggian sekitar 62 meter ini, kami harus melalui 313 anak tangga yang dibagi menjadi 18 lantai. Berat memang, terlebih saat itu mercusuar sedang ramai dikunjungi oleh wisatawan lainnya, bahkan kami harus mengantri. Rasa lelah menjalar di mulai dari telapak kaki, peluh sebesar biji jagung mengucur dengan deras.
Tapi ketika tiba di puncak mercusuar rasa lelah tersebut akan terbayar tatkala menyaksikan pemandangan hamparan bebatuan granit khas pantai kawasan Belitung berpadu dengan gradasi warna air laut mulai dari jernih, biru muda hingga biru tua.
Usai menaklukan mercusuar buatan belanda tahun 1882 itu, kami kembali ke kapal untuk menuju spot snorkeling yang berada tidak jauh dari bibir pantai Pulau Lengkuas.
Tiba di lokasi yang dimaksud, Pak Fuji melemparkan jangkar supaya kapalnya tidak terseret arus. Satu per satu dari kami mulai menyiapkan diri untuk menceburkan diri, mengintip isi dalam laut Belitung yang terkenal dengan terumbu karang dan biota lautnya yang masih terjaga dengan baik.
Setelah memastikan kapalnya aman, Pak Fuji mulai menceburkan diri ke laut. Ini yang saya suka dengan beliau, karena ia turut menjaga wisatawan yang memakai kapalnya ketika snorkeling.
Satu per satu dari kami mulai menceburkan diri, terlihat Azhar nampak kesulitan karena masih panik ketika dirinya bersentuhan dengan air. Maklum, ini adalah yang pertama kalinya ia mencoba snorkeling.
Awalnya saya masih menggunakan pelampung, tapi saya mencoba memberanikan diri untuk berenang tanpa pelampung. Ya, sejak dilatih oleh Dragomir di Pulau Gusung Pandan saya mulai bisa untuk snorkeling tanpa pelampung dan ternyata itu sangat menyenangkan. This is my big life achievement.
“hati – hati, arus bawah lautnya sedang kencang” kata seorang pria kepada kami
Memang benar, ketika itu saat saya mencoba mulai menyelam dari haluan kapal maka ketika keluar saya sudah berada di buritan kapal. Arusnya sedang kurang bersahabat, visibility-nya juga kurang bagus. Setelah 30 menit snorkeling kami kembali ke atas kapal.
Usai snorkeling rasa dehidrasi mendera, tapi kami sudah menyiapkan kelapa yang kami pesan sebelumnya ke Pak Fuji. Dengan sigap pak fuji mengupas kelapa itu dan membagikannya kepada kami. Minum kelapa setelah snorkeling rasanya enak dan nyegerin banget. Cobain deh.
Makan Siang di Pulau Kepayang
Selanjutnya kami menuju Pulau Kepayang. Disini kami hendak makan siang dengan seafood khas Belitung. Begitu datang meja kami langsung disuguhi ikan ayam bakar dengan dua rasa (manis dan pedas), gangan ikan ketarap, cumi goreng tepung, sate udang dan pelecing kangkung.
Rasa lapar yang mendera membuat kami menghabiskan seluruh makanan yang tersaji siang itu. Setelah makan kami membersihkan diri di kamar bilas yang banyak tersedia di pulau ini.
Comments