Mengapa kami jauh – jauh ke jantung Gunung Halimun? Salah satu alasan terbesarnya adalah menyaksikan glowing mushroom yang banyak tumbuh di sekitar Stasiun Penelitian Cikaniki. Oleh karena itu kami harus menginap disana.
Karena libur tahun baru, banyak orang – orang dari kota yang datang mengunjungi kawasan di sekitar Citalahab dan Cikaniki. Bahkan kamar di Stasiun Penelitian Cikaniki telah penuh di booking, begitu juga dengan homestay – homestay yang ada di Kampung Citalahab. Ternyata banyak juga yang memiliki cara yang sama dengan kami, menyepi di kala pusat kota sedang riuh – riuhnya menyambut tahun baru.
Setelah menempuh perjalalanan lebih dari 90 Km, kami tiba di Kampung Citalahab. Kami disambut oleh Pak Suryana dan Mang Asep. Mereka berdua tahu maksud kedatangan kami yaitu kemping di Citalahab, melihat glowing mushroom dan treeking di jalur interpretasi.
Mereka mengetahuinya dari seorang bapak yang menarik retribusi di pintu masuk Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Katanya bapak tersebut menelpon mereka bahwa akan datang dua orang yang ingin kemping di Buper Citalahab.
Setelah percakapan saling kenal, Mang Asep membantu kami menunjukan tempat untuk kemping. Mang Asep menunjukkan beberapa lokasi yang bagus untuk kemping namun kami memilih untuk mendirikan tenda di tepi Sungai Cikaniki.
Mang Asep membantu kami mendirikan tenda, menancapkan pasak di ujung – ujung tenda. Tak butuh waktu lama tenda telah siap berdiri.
Usai membantu kami, Mang Asep kembali ke rumahnya dan katanya akan kembali setelah maghrib untuk menemani kami mencari glowing mushroom.
Menemukan Glowing Mushroom
Jarum jam belum juga menunjukkan angka 7 tiba – tiba saja Mang Asep datang menghampiri kami, ia menepati janjinya untuk datang setelah maghrib
“ayo, mulai jalan sekarang, takut nanti kemalaman” kata Mang Asep dengan aksen Sunda-nya yang kental
Kami bergegas untuk bersiap – siap, membawa head lamp, jas hujan untuk persiapan jika nanti hujan, dan tentunya kamera untuk memotret si “jamur menyala”
“tapi pasti ketemu kan sama jamurnya Mang?” kata teman saya
“pasti, gag mungkin gag ketemu, apalagi sekarang lagi musim hujan” jawab Mang Asep
Kami pun mulai berjalan meninggalkan Bumi Perkemahan Citalahab menuju Stasiun Penelitian Cikaniki yang memiliki jarak sekitar 2 Km, melewati jalan tanah berbatu yang licin karena baru saja dibasahi oleh hujan sore tadi.
Sembari berjalan Mang Asep banyak menceritakan tentang Kampung Citalahab Central yang kini menjadi ekowisata, ia juga menceritakan bagaimana ia bisa menjadi pemandu seperti saat ini, serta pelatihan – pelatihan yang telah diikutinya.
Setelah 30 menit berjalan, kami telah tiba di Stasiun Cikaniki. Mang Asep meminta izin kepada petugas yang berjaga. Kemudian kami mulai berjalan masuk ke jalur Intepretasi, tak butuh langkah terlalu banyak, kami telah sampai di lokasi dimana banyak tumbuh glowing mushroom.
“matiin senternya, kita sudah sampai tapi kita harus matiin senter biar jamurnya kelihatan” kata Mang Asep
Kami pun mematikan senter dan tiba – tiba saja mulai terlihat cahaya berwarna kehijauan di kanan dan kiri.
“nah itu tuh Glowing mushroom-nya, kelihatan kan?, kalau yang nyalanya kecil berarti belum mekar jamurnya, kalau nyalanya terang sudah berbentuk payung” terang Mang Asep
Misteri Jamur Bercahaya
Jamur bercahaya di sekitar Stasiun Penelitian Cikaniki TNGHS umumnya hidup pada kayu atau ranting pohon Rasamala yang telah mati. Cahaya jamur yang menyala pada dasarnya karena sifat bioluminescence terjadi ketika enzim luciferase dan bahan kimia luciferin bereaksi.
Elemen ketiga perlu dikeluarkan untuk menghasilkan reaksi ini dan jenisnya bervariasi tergantung jenis hewan atau tumbuhan tersebut (ATP, Kalsium, Peroksida atau Phosfor).
Hasil dari reaksi ketiga elemen tersebut adalah energy dalam bentuk cahaya yang kita lihat dalam gelap. Fungsi dari efek bersinar dalam gelap ini sangat jelas bagi beberapa species, misalnya kunang – kunang yang mengeluarkan cahaya untuk menarik pasangannya, namun bagi jamur hingga kini fungsi dari fenomena tersebut masih merupakan suatu misteri.
(Diringkas dari artikel Jamur tulisan Eugenio Sola/VSO dalam bulletin Halimun, Februari 2005)
Sulitnya Memotret Glowing Mushroom
Gelapnya keadaan sekitar membuat sangat sulit untuk memotret glowing mushroom, jika ingin mendapatkan foto yang baik maka harus menggunakan tripod serta atur shutter speed, ISO, diafragma sedemikian rupa. Dengan penuh kesabaran akhirnya kami mendapatkan foto seperti yang terlihat pada feature image artikel ini.
Hari semakin malam dan dingin semakin erat memeluk kami sehingga kami pun memutuskan untuk kembali, lagipula besok kami akan trekking lagi sehingga kami harus segera beristirahat.
Comments